Sebuah majalah Jerman memuat tulisan ilmuwan yang bernama Rudat, direktur Institut Perkumanan Universitas Rostock. Dalam tulisannya itu ia berkata, “Setelah saya membaca tentang siwak yang biasa digunakan Bangsa Arab sebagai sikat gigi, sejak saat itu pula saya mulai melakukan pengkajian”.
Penelitian ilmiah modern mengukuhkan, bahwa siwak mengandung zat yang melawan pembusukan, zat pembersih yang membantu membunuh kuman, memutihkan gigi, melindungi gigi dari kerapuhan, bekerja membantu merekatkan luka gusi dan pertumbuhannya secara sehat, dan melindungi mulut serta gigi dari berbagai penyakit. Sebagaimana telah terbukti bahwa siwak memiliki manfaat mencegah kanker.”
Dalam penemuan ini terdapat dua mukjizat bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mukjizat pertama, yaitu manfaat-manfaat yang tampak pada siwak. Dengan ini, berarti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang pertama yang memerintahkan melindungi mulut dari berbagai macam penyakit. Mukjizat kedua, yaitu bagaimana Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bisa mengetahui dari sekian juta jenis pohon-pohonan, bahwa pohon siwak (saludora persica) mengandung banyak manfaat bagi manusia?
Inilah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang menganjurkan kita untuk bersiwak,
السواك مطهرة للفم مرضاة للرب
“Siwak adalah pembersih mulut dan sebab ridhanya Rabb”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Penggunaan alat-alat kebersihan mulut telah bermula semenjak berabad-abad lalu. Bermacam peralatan sederhana digunakan untuk membersihkan mulut mereka dari sisa-sisa makanan, mulai dari tusuk gigi, batang kayu, ranting pohon, kain, bulu burung, tulang haiwan hingga duri landak. Diantara peralatan tradisional yang mereka gunakan dalam membersihkan mulut dan gigi adalah kayu siwak atau chewing stick.
Miswak / Siwak (Chewing Stick) telah digunakan oleh orang Babylon semenjak 7000 tahun yang lalu, yang mana kemudian digunakan pula di zaman kerajaan Greek dan Rom, oleh orang-orang Yahudi, Mesir dan masyarakat kerajaan Islam. Siwak mempunyai nama-nama lain dalam setiap komuniti, seperti di Timur Tengah disebut dengan miswak, siwak atau arak, di Tanzania disebut miswak, dan di Pakistan dan India disebut dengan datan atau miswak.
Istilah siwak sendiri pada kenyatannya telah umum digunakan selama masa kenabian Nabi Muhammad yang memulakan misinya sekitar 543 M. Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Seandainya tidak memberatkan umatku, nescaya akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan solat (dalam riwayat lain: setiap kali berwudhu')."
Kajian yang dilakukan oleh Erwin dan Lewis (1989) menyatakan bahwa pengguna siwak mempunyai relativiti yang rendah dijangkiti kerusakan dan penyakit gigi walaupun mereka mengambil bahan makanan yang kaya dengan karbohidrat.
Al-Lafi dan Ababneh (1995) melakukan kajian terhadap kayu sugi dan melaporkan bahawa siwak mengandungi mineral-mineral-mineral yang dapat membunuh dan menghalang pertumbuhan bakteria, mengikis plaque, mencegah gigi berlubang serta memelihara gusi. Siwak mempunyai kandungan kimia yang bermanfaat, termasuk:
Antibacterial Acids, seperti astringents, abrasive dan detergent yang berfungsi untuk membunuh bakteria, mencegah jangkitan, menghentikan pendarahan pada gusi. Penggunaan kayu siwak yang segar pertama kali, akan terasa agak pedas dan sedikit membakar, kerana terdapat kandungan serupa mustard yang merupakan bahan antibacterial acid tersebut.
Kandungan kimia seperti Klorida, Pottasium, Sodium Bicarbonate, Fluorida, Silika, Sulfur, Vitamin C, Trimetilamin, Salvadorin, Tannin dan beberapa mineral lain yang berfungsi untuk membersihkan gigi, memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi. Bahan-bahan ini sering diekstrak sebagai bahan penyusun pasta gigi.
Minyak aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar, yang dapat menyegarkan mulut dan menghilangkan bau tidak sedap.
Enzim yang menghalang pembentukan plak yang merupakan penyebab radang gusi dan penyebab utama tarikhnya gigi secara prematur.
Anti Decay Agent (Zat anti pembusukan) dan Antigermal System, yang bertindak seperti Penicilin menurunkan jumlah bakteri di mulut dan mencegah terjadinya proses pembusukan. Siwak juga turut merangsang pengeluaran saliva, dimana saliva sendiri merupakan organik mulut yang melindungi dan membersihkan mulut.
El-Mostehy dkk (1998) melaporkan bahawa tanaman siwak mengandung zat-zat antibakterial. Darout et al. (2000) Melaporkan bahawa antimikrobial dan kesan pembersihan pada miswak telah ditunjukkan oleh variasi kandungan kimia yang boleh dikesan pada ekstraknya.
Menurut hasil kajian Gazi et al. (1987) ekstrak kasar batang kayu siwak pada ubat gigi yang dijadikan cecair kumur, dikaji sifat-sifat antiplaknya dan kesannya terhadap komposisi bakteria yang membentuk plak dan menyebabkan penurunan bakteria gram negatif batang.
0 komentar:
Posting Komentar