Latest News
Jumat, 13 Maret 2015

Ternyata Dzulkarnain Rasul buat Bangsa Cina

Dzulkarnain Rasul buat Bangsa Cina

Ir. Rony Ardiansyah, MT, IP-U.

Peminat Sains Qur’an/Dosen Pasca Sarjana Magister Teknik Sipil UIR

                Terdapat hakikat yang nyata dari Alqur’an, yaitu bahwa Allah Mahaadil kepada semua hamba-Nya dari kalangan manusia. Di antara bentuk keadilan tersebut adalah Allah SWT mengirim seorang rasul kepada setiap umat untuk mengajak mereka kepada agama yang benar, sebagaimana yang disebut dalam firman Allah SWT:

            “Kami telah mengutus pada setiap umat seorang rasul agar kalian menyembah Allah dan menjauhi thaghut (setan). Di antara mereka ada yang mendapatkan petinjuk dan di antara mereka ada yang mengalami kesesatan. Oleh karena itu, berjalanlah di muka bumi lalu lihatlah bagaimana akibat yang diperoleh oleh orang-orang yang mendustakan.” (QS. An-Nahl [16]: 36)

Berdasarkan berbagai pengetahuan, petunjuk, dan bukti ilmiah, oleh  Syaikh Hamdi bin Hamzah dalam buku “Munculnya Ya’juj Ma’juj di Asia, menyatakan bahwa tidak aneh jika Allah SWT mengutus di kalangan bangsa Cina seorang rasul yang mengajak mereka ke agama Allah dan mengajarkan mereka untuk menjauhi penyembahan patung. Dzulkarnain adalah adalah satu-satunya orang mesir yang mengajak bangsa Cina kuno pada masa lampau untuk menghindari khurafat dan penyembahan manusia, serta beralih kepada penyembahan Allah Yang Maha Esa.


Dzulkarnain tiba di Cina pada masa Raja Chang yang menurut penjelasan ukiran, tulisan, dan jejak arkeologi Cina sebagai tokoh yang sezaman dengan Fir’aun Mesir (Tut Anakh Amon), menggantikan Akhnaton sebagai Raja Mesir pada Tahun 1352 SM-1343 SM. Hal itu menunjukkan bahwa Akhnaton atau Dzulkarnain telah menghabiskan waktu sekitar 8-10 tahun sejak meninggalkan Mesir, sampai tiba di tempat terbenam dan terbit matahari, kemudian di negeri antara dua pembatas, Cina.

Di antara bukti yang tidak diragukan lagi adalah bahwa Dzulkarnain berhasil mencapai tanah Cina. Di antara fakta yang berhasil disimpulkan dari berbagai peristiwa bersejarah yang mengiringi pembangunan tembok oleh Dzulkarnain dan berbagai peristiwa yang terjadi setelah di negeri Cina adalah bahwa Dzulkarnain dan keluarganya berasal dari Dinasti Chou; dan bahwa Dzulkarnain melaksanakan dakwa kepada agama baru yang belum pernah dikenal Bangsa Cina; bahwa agama tersebut bersandar pada Tuhan Yang Maha Esa; bahwa Tuhan tersebut adalah Tuhan yang pantas disembah; bahwa Dzulkarnain memanggil Tuhannya dengan sebutan “Tien” atau “Tian”; dan bahwa Dzulkarnain mengabarkan semua orang bahwa ia memperoleh agamanya melalui wahyu dari Allah.

Ayat-ayat Alqur’an yang menjelaskan tentang sampainya Dzulkarnain ke negeri “tempat matahari terbit” secara implisit mengatakan bahwa ada tujuan lain sekembalinya dari negeri tersebut, yaitu Cina atau “negeri antara dua bukit”. Ayat-ayat tersebut berbunyi sebagai berkut:

“Hingga ketika telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah timur), ia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu. Demikianlah, sesungguhnya ilmu kami meliputi segala apa yang ada padanya. Kemudian ia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga apabila ia telah sampai di antara dua buah gunung, ia mendapatkan di hadapan kedua bukit itu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata, ‘Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi. Maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat tembok antara kami dan mereka?’” (QS. Al-Kahfi [18]: 90-94).

 Apa yang dimaksud “negeri antara dua gunung atau bukit”? Apakah itu negeri Cina yang dikenal sekarang?

Tempat “antara dua bukit” secara prinsip tidak sama pengertiannya dengan tempat “antara dua sisi gunung”. Secara topografis atau geografis, tempat tersebut dikenal sebagai negara Cina. Hal itu sama dengan kebiasaan kita menyebut “antara dua sungai”. Maksud kata “bainassaddain” di sini adalah negeri yang berada antara dua gunung, yaitu negeri Cina. Sedang “bainashshadafain” atau “antara dua sisi gunung”, yaitu tempat tembok pertahanan dibangun.

Sendi-sendi Dinasti Chou, keturunan Dzulkarnain menurut buku-buku sejarah Cina kuno. Yang terpenting untuk disampaikan adalah bahwa Dinasti Chou yang diceritakan dalam buku-buku sejarah Cina kuno, yang memerintah di Cina selama 800 tahun, adalah dinasti yang didirikan Dzulkarnain.

Seperti apa yang disimpulkan oleh Syaikh Hamdi bin Hamzah dalam bukunya tentang akidah dan agama seperti apa yang dianut Dzulkarnain dan Dinasti Chou. Secara mengherankan, sesuai dengan petunjuk sejarah mengenai unsur-unsur akidah Dzulkarnain, secara jelas disebutkan bahwa akidah Dzulkarnain dan Dinastinya sejalan dengan akidah Islam sebagaimana yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW.

Disebutkan dalam buku Chinese Religon bahwa pendiri Dinasti Chou atau Dzulkarnain dan keluarga besarnya menjadikan Ilah yang Mahasatu sebagai sembahan. Ketika membicarakan-Nya, mereka sangat mengagungkan-Nya lagi penuh khidmat. Hal itu menegaskan bahwa pemikiran “Ilah Yang Maha Esa lagi Mahaagung” belum pernah muncul, kecuali pada masa Dinasti Chou atau pada masa Dzulkarnain (Akhnaton).

Masih dalam buku, Chinese Religion, yang terbit tahun 1995 oleh penerbit Oxford, New York, pada pembahasan The History, disebut bahwa Dinasti Chou, keturunan Dzulkarnain, yang memerintah setelah Dinasti Chang, mampu mengikis kepercayaan dan ritus-ritus yang berlaku pada masa Dinasti Chang. Keyakinan pada Allah yang Mahatinggi, the nation of the Lord on High, belum ada, kecuali setelah ada keyakinan dari Dinasti Chou tentang langit,  heaven. Tentang kata Tien, diartikan sebagai heaven, sebagaimana dijelaskan dalam buku itu halaman selanjutnya.

Sebagaimana apa yang disampaikan oleh Syaikh Hamdi bin Hamzah dalam bukunya. Tentang sifat-sifat yang disebut dalam beberapa ayat Alqur’an: (QS Al-Mukminun [23]: 1-2), (QS. Al-Anbiya’ [21]:90), (QS. Ar-Ra’d [13]: 21), meyerupai sifat-sifat   Dzulkarnain dan dinastinya yang disebut dalam buku, Chinese Religion. Hal ini menjadi bukti kerasulan  Dzulkarnain kepada bangsa Cina. Sifat-sifat di atas diharapkan menjadi teladan bagi umat manusia, sebagaimana yang berlaku pada manhaj para rasul.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: Ternyata Dzulkarnain Rasul buat Bangsa Cina Rating: 5 Reviewed By: Muslimina