Kita awali artikel ini dengan mengutip akan penjelasan Allah Swt secara singkat, firman Allah SWT, “Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka melihat suatu tanda, mereka berpaling dan berkata, “Sihir yang terus menerus.” (Al-Qamar [54]: 1-2).
Suatu hari di sebuah seminar di Fakultas Kedokteran Universitas Cardiff di Wales, Inggris, awal tahun 2000-an. Hadir di situ Dr Zaglul An-Najjar, penulis buku Pembuktian Sains dalam Sunah. Seorang laki-laki berkebangsaan Inggris berdiri dan meminta izin untuk berbicara. Ia mengenalkan dirinya bernama David M Pidcock, seorang Muslim dan tengah memimpin sebuah organisasi Islam di negaranya. Sebelumnya ia non-Muslim. Peristiwa ke-Islaman-nya berawal ketika seorang sahabat Muslim meminjamkan Al-Qur’an kepadanya. Kebetulan saat itu ia tengah intens mempelajari agama-agama di dunia.
Pidcock mulai mempelajari halaman demi halaman Al-Qur’an hingga tiba pada Surat Al-Qomar: 1 – 2. Ia tak percaya isi surat itu. Maka ia langsung menutup Al-Qur’an dan meninggalkannya. Allah rupanya berkehendak lain. Tak berapa lama kemudian ia menonton siaran televisi BBC. Seorang penyiar tengah mewawancarai tiga astronom Amerika Serikat (AS) tentang aktivitas mendaratkan manusia ke bulan. Saat itu tahun 1978.
Sang penyiar mengkritik kebijakan pemerintah AS yang mengirim manusia ke bulan. Kebijakan itu telah menghabiskan biaya sekitar 100 juta dolar AS. Ini pemborosan. Bila dana tersebut diberikan kepada jutaan orang yang kelaparan akan jauh lebih berfaedah. Para ilmuwan itu membela diri. Mereka mengatakan bahwa perjalanan tersebut telah membuktikan satu fakta penting yang seandainya mereka mengeluarkan dan berkali-kali lipat dari dana itu untuk membuat manusia yakin dan menerima fakta tersebut, tetap tak ada seorang pun yang akan mempercayainya.
Si penyiar sontak bertanya, “Fakta apa itu?” Para ilmuwan itu menjawab bahwa bulan pada masa dahulu kala pernah terbelah, kemudian melekat lagi. Bekas-bekas yang menunjukkan fakta ini sangat terlihat di permukaan bulan sampai ke dalam perut bulan.
Begitu mendengar ini saya langsung melompat dari kursi yang saya duduki di depan televisi dan berkata dalam hati bahwa sebuah mukjizat telah terjadi pada Muhammad 1.400 tahun yang lalu,” kata Pidcock. “Al-Qur’an telah menyebutkannya dengan perincian yang begitu mengagumkan. Ini pasti agama yang benar,” kata Pidcock lagi. Ia pun memeluk Islam.
Peristiwa terbelahnya bulan banyak dilansir berbagai kitab hadits dan sirah berdasarkan penuturan sejumlah sahabat, di antaranya Abdullah bin Umar dan Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘anhum. Sejarah India dan Cina Kuno juga telah menceritakan peristiwa ini.
Kutipan dari buku “1000 Mukzijat Nabi akhir Zaman (Mukzijat Rasulullah” oleh Dr. Mushtafa Murad halaman 8-9, sebagai berikut ini. Terbelahnya bulan juga merupakan salah satu mukzijat Rasulullah SAW, yakni bulan terbelah dua hingga sebuah gunung berada di antara keduanya.
Dirawikan dari Anas, ia berkata, “Penduduk Makkah pernah meminta Nabi untuk menunjukkan sebuah mukzijat, maka bulan di Makkah terbelah dua. Beliau lalu membaca firman Allah, “Telah dekat (datangnya) saat itu (hari kiamat) dan telah terbelah bulan.” (QS. Al-Qamar [54]). Mendengar hal ini, orang-orang kafir Quraisy mengatakan, “Bila ia telah berhasil menyihir kita”. Akan tetapi sebagian yang cerdas dari mereka berkata, “sihir memang bisa menimpa dan mengelabuhi orang yang hadir dan menyaksikannya, namun sihir tidak akan mampu mengelabui (semua) manusia”. (HR. Al-Baihaqi).
Beberapa pendapat bermunculan tentang pemahaman “terbelahnya bulan” dalam ayat (QS. Al-Qamar [54]) di atas. Ir. Agus Haryo Sudarmojo dalam bukunya “Menyibak Rahasia Sains Bumi dalam Al-Qur’an” di halaman 66-68, mengutarakan satu per satu sebagai berikut ini.
Pendapat Pertama. Secara Geo-Sains memang telah terbukti bahwa dahulu kala bulan pernah terbelah akibat benturan asteroid. Data perbatuan bulan menyajikan informasi adanya jalur batuan metamorf yang menembus bulan. Jalur itu berawal dari permukaan hingga ke inti dan menembus ke permukaan bulan di sisi yang berseberangan. Hal ini hanya dapat dijelaskan bila bulan pernah terbelah dan menyatu kembali. Pergesekan saat terjadi penyatuan bagian-bagian batuan bulan menimbulkan tekanan (P) dan temperatur (T) yang tinggi dan selanjutnya mebentuk jalur metamorf.
Pendapat Kedua. DR Khalifa dari NASA telah menjelaskan pengertian ayat tersebut, yaitu bahwa tidak seorang pun dapat menyangkal kebenaran Surah Al-Qamar Ayat 1. Kita dapat merujuk suatu kenyataan bahwa Neil Amstrong dan Aldrin meninggalkan bulan dengan membawa batuan bulan sebanyak 21 kg untuk contoh penelitian. Itulah yang dimaksud denganpengertian terbelahnya bulan, dan inilah yang membuat sang ilmuan NASA itu memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Khalifa.
Pendapat Ketiga. Suatu saat bulan akan terbelah bila mendekati kiamat. Secara sains, hal ini juga dimungkinkan apabila asteroid membentur bulan sehingga bulan lenyap dan hancur. Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sangat mungkin terwujud. Bulan pernah terbelah di masa lalu dan akan kembali terbelah di masa yang akan datang berdasakan data-data sains. Wallahu a’lam bish-shawab.
0 komentar:
Posting Komentar