Ir. Rony Ardiansyah, MT, IP-U.
Peminat Sains Qur’an/Dosen Pasca Sarjana Mgister Teknik Sipil UIR
Sidik jari pada diri manusia memiliki guratan yang berbeda-beda. Sesuai dengan sistem perkembangan syaraf otak, sidik jari dapar dipergunakan untuk mengenali bakat dan potensi seseorang.Setiap orang memiliki delapan kecerdasan majemuk, yaitu kecerdasan matematis, bahasa, visual, musik naturalis, kinestetis, interpersonal dan intrapersonal yang masing-masing orang memiliki tingkatan yang berbeda-beda.
Menurut Agus Wahyono SPd, Kepala Cabang Primagama Dumai. Identifikasi melalui DMI untuk mencari potensi diri bisa dilakukan oleh semua usia, karena guratan pada sidik jari seseorang tidak akan pernah berubah seumur hidup.
Maha besar Allah SWT, dengan segala firman-Nya. Kita tersentak oleh Surah Al Qiyamah dalam Al Quran (75:3-4): “Apakah manusia mengira, bahwa kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? Bukan demikian, sebenarnya kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna”.
Ady Ibn Abi Rabi’ah adalah seorang kafir Quraisy yang pernah meminta Rasulullah Saw. Untuk menjelaskan tentang hari kiamat. Dengan senang hati, beliau pun memenuhi permintaan Rabi’ah tersebut. Namun. Setelah Rasul selesai bicara, Ady Ibn Abi Rabi’ah malah berkata dengan nada menghina, “Seandainya aku menyaksikan hari itu, niscaya aku tidak kan percaya. Apa mungin Allah akan menghimpun kembali tulang-belulang orang-orang yang telah mati?”
Penyangkalan Rabi’ah ini dijawab langsung oleh Allah SWT, dalam Surah Al Qiyamah (Al-Quran [75]:3-4). Jawaban ini sangatlah menggelitik hati. Mengapa Allah SWT menyebut jari jemari sebagai contoh kekuasaan-Nya? Mengapa Dia tidak menyebut anggota tubuh lain? Wallaahu a’lam. Hanya Allah saja yang Mahatahu. Yang pasti ada hikmah di balik penyebutan jari jemari tangan ini.
Alhamdulillah, ilmu pengetahuan sedikit demi sedikit mampu membuka rahasia yang tersirat dalam ayat tersebut. Ternyata (Tauhid Nur Azhar & Eman Sulaiman dalam bukunya, “Ajaib bin Aneh, 2007), jari jemari manusia termasuk anggota badan yang paling direkonstruksi. Susunannya teramat unit dan kompleks. Karena itu, tidak heran jika Allah SWT, menyebut jari jemari sebagai pemisah. Dia ingin menegaskan kepada orang-orang kafir, bahwa tidak hanya menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati, merekonstruksi bagian tubuh yang paling sulit pun sangat mudah bagi-Nya. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Dzat Yang Mahakuasa.
Jari-jemari manusia pun, Allah hiasi ujung-ujungnya dengan kuku-kuku yang indah dan lembut. Tentunya, kuku bukanlah hiasan sepele yang tidak memiliki kegunaan. Permukaan kasar dengan ujung jari dan kuku membantu kita memungut benda kecil. Kuku memiliki peranan yang sangat penting dalam mengatur tekanan yang lemah yang dikerahkan jari pada benda yang dipegangnya. Sebagai contoh, bisakah kita memungut jarum di lantai jika tangan jari-jemari kita tidak berkuku?
Hal menarik lainnya, selain memiliki susunan tulang ang sangat kompleks serta kuku-kuku yang indah, jari-jari tangan pun memiliki kulit yang sedikit beda dengan kulit tubuh lainnya. Kita menyebutnya sebagai “sidik jari”. Penekanan pada sidik jari mempunyai arti khusus. Sidik jari manusia sangat unik, karena antara satu orang dengan orang lainnya memiliki perbedaan. Tidak ada sidik jari yang sama. Itulah sebabnya sidik jari dijadikan sebagai bukti identitas yang sangat pribadi, termasuk menentukan pelaku kriminal, identifikasi orang hilang, serta melacak jejak-jejak manusia.
Jika ditelusuri, keunikan sidik jari akam membawa kita pada penyelidikan tentang gen. Sebab, gen inilah yang memprogram kita menjadi “berbeda-beda”. Sidik jari itu menyerupai sebuah segmen di dalam gen yang memuat nukleotida dengan pola berulang-ulang. Sidik jari manusia terbentuk ketika terjadi proses pembentukan kulit. “Sisa kulit” yang menjadi sidik jari, memiliki gen pengatur khusus yang sampai sekarang ini masih “misterius”, yaitu mengapa sidik jari mengekspresikan pola-pola berupa garis-garis jari tangan yang berbeda-beda.
Kemungkinan besar, walau penelitiannya belum shahih, gen sidik jari tersebut adalah gen yang khusus. Tapi, gen manakah yangb menentukan sidik jari tersebut, sampai sekarang belum berhasil ditemukan. Namun. Ia tidak akan lebih dari satu gen. Karenanya, perbandingan dari beberapa gen itulah yang menimbulkan variasi. Misalnya saja, ada dua gen yang menghasilkan dua garis lurus dan ada bengkoknya. Variasi diduga terjadi karena adanya interaksi antar ged. Wallaahu a’lam.
Pencetakan sidik jari dari DNA (DNA-fingerprinting) yang dikenal juga dengan sebutak “pemetaan sidik jari DNA” b(DNA-profilling) dianggap sebagai penemuan revolusionir pada masanya. Metoda ini telah membuka jalan untuk menindentifikasi pelaku kriminal berat dengan tingkat keprcayaan yang sangat tinggi. Pemetaan atau pencetakan sidik jari DNA forensik digunakan pertama kali di Inggris pada tahun 1986. “Korban” pertamanya adalah Colin Pitchfork yang didakwa melakukan tindak pidana pemerkosaan dan pembunuhan dua anak perempuan belasan tahun. Setelah sukses membuka kasus ini, metoda pemetaan sidik jari DNA digunakan di seluruh dunia, khususnya untuk mendukung pembuktian berbagai kasus kriminal dengan barang bukti DNA.
Mengapa menggunakan sidik jari DNA? Susungguhnya, struktur kimia DNA setiap orang memiliki kesamaan. Yang berbeda hanyalah urutan atau susunan dari pasangan basa yang membentuk DNA tersebut. Ada jutaan pasangan basa yang terkandung dalam DNA setiap orang, dimana urutan atau susunan basa-basa tersebut berbeda untuk setiap orangnya.
Berdasarkan perbedaan urutan atau susunan basa-basa dalam DNA tersebut, setiapm orang dapat diindentifikasi. Namun demikian, karena ada jutaan pasangan yang basa, pekerjaan tersebut membutuhkan waktu yang lama. Sebagai penggantinya, para ahli dapat menggunakan metoda yang dianggap lebih pendek, yaitu berdasarkan adanya pola pengulangan urutan basa dalam DNA setiap orang.
Walaupun demikian, pola ini tidak dapat “memberikan” sidik jari secara individu. Efektifitasnya lebih pada proses penentuan apakah dua contoh DNA yang dianalisis berasal dari orang sama atau orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga, atau tidak mempunyai hubungan keluarga. Para ahli menggunakan sejumlah kecil deretan DNA yang diketahui bervariasi di antara sekian banyak individu, lalu menganalisisnya untuk memperoleh kecocokan tertentu.
0 komentar:
Posting Komentar