Ir. Rony Ardiansyah, MT, IP-U.
Peminat Sains Qur’an/Dosen Pasca Sarjana Magister Teknik Sipil UIR
Untuk mencatat setiap amal manusia dan mencatat atau merekam segala sesuatu di langit dan di bumi, Allah telah menciptakan ‘recorder’ yang Maha Canggih yang Allah perkenalkan kepada kita dalam Al-Qur’an dengan nama ‘Kitab yang nyata’ juga kita kenal sebagai ‘Lauhmahfuz’. QS. Yasiin (36):12. Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauhmahfuz).
Bicara tentang rekaman kejadian atau menyinggung judul artikel ini, Compact Disk Semesta. Saya jadi ingat suatu kisah dari buku “Akhirat Tidak Kekal” yang ditulis oleh Agus Mustofa. Dikisahkan seorang kakaknya yang pernah ‘melihat’ hasil rekaman kejadian tersebut. Suatu ketika, sang kakak pulang dari mengajar. Ia seorang dosen matematika di sebuah perguruan tinggi di Malang. Waktu itu, mejelang maghrib, dan hujan rintik-rintik.
Ketika melewati sebuah gedung penjara di daerah Lowok Waru, wiper (karet pembersih kaca) mobil tiba-tiba terlepas dari tangkainya dan jatuh tercecer. Maka ia menghentikan mobil. Dan lantas, berjalan mencari wiper yang jatuh itu.
Saat sedang ‘asyik’ mencari wiper, tiba-tiba ia dikagetkan oleh sebuah kecelakaan yang terjadi sangat dekat dengan dia berada. Ada sebuah sepeda motor yang dinaiki oleh seorang laki-laki dan perempuan ditabrak sebuah mobil kijang berwarna putih. Tabrakan itu demikian kerasnya, sehingga pengendara sepeda motor terpelanting dan jatuh ke aspal bersimbah darah. Agaknya mereka meninggal dunia.
Maka, macetlah lau lintas di daerah itu. Kakak tersebut termasuk orang yang sibuk menghentikan berbagai kendaraan yang berdatangan di belakang kejadian itu. Tak berapa lama kemudian, ia minggir menuju mobilnya. Ia ingin menenangkan diri Sebab, tidak menyangka, ia bakal menyaksikan kecelakaan yang mengerikan tersebut.
Sejurus kemudian, ia menoleh kembali ke lokasi terjadinya kecelakaan. Ia berharap orang-orang yang berkerumun di sana bisa mengurusi dan menyelesaikan peristiwa itu. Tetapi ia sangat heran, sebab kerumunan orang yang demikian banyak itu ternyata sudah tidak ada. Tentu saja ia tolah-toleh. Tetapi, saja suasannya sepi, seperti tidak pernah terjadi apa-apa.
Ia penasaran. Maka dicarilah orang di sekitar situ untuk bertanya. Diketemukannya seorang lelaki tua penjual rokok. Didekatinya orang itu. Lantas ia bertanya kemanakah orang-orang yang berkerumun tadi pergi. Dan korban kecelakaan itu pun dibawa kemana. Jawaban Pak Tua itu justru membuatnya semakin bingung. Penjual rokok mengatakan bahwa dari tadi ia tidak melihat ada kecelakaan seperti yang diceritakan. Apalagi kerumunan orang..?!! Dalam keheranan dan kebingungannya, kakak tersebut memutuskan untuk pulang.
Esok harinya, ketika mengajar, ia bercerita tentang kejadian aneh yang dialaminya semalam kepada mahasiswanya. Dan, kebetulan di kelas itu ada seorang mahasiswa yang bertempat tinggal di daerah Lowok Waru, tepat kecelakaan itu berlangsung.
Apa yang dikatakan mahasiswa tersebut sungguh membuat kakak ‘merinding’. Ternyata, kecelakaan yang disaksikannya semalam adalah kejadian 11 tahun yang sebelumnya! Si Mahasiswa tahu peristiwa itu karena rumahnya memang berada di dekat tempat kejadian. Begitulah, sebuah motor ditabrak oleh kijang putih. Dan korbannya dua orang, lelaki-perempuan meninggal dunia. Persis seperti yang disaksikan sang kakak. Ia telah menyaksikan rekaman alam…!
Cerita yang disampaikan di atas adalah kejadian sesungguhnya. Bahwa, suatu ketika, ternyata kita bisa melihat peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di masa lampau. Bagaimanakah hal itui bisa dijelaskan? Berikut ini kita akan coba memahami, betapa alam semesta memang memiliki kemampuan merekam seluruh peristiwa yang terjadi di dalamnya.
Setiap kita ternyata adalah pemancar. Seluruh aktifitas yang kita lakukan selalu memancarkan gelombang dan energi. Baik itu berupa perbuatan, suara, maupun sekedar pikiran atau perkataan dalam hati.
‘Perbuatan’ selalu memantul-mantulkan cahaya yang kemudian bisa ditangkap oleh orang lain lewat matanya. Cahaya adalah gelombang yang memancarkan energi dan bisa direkam. Baik oleh otak kita maupun oleh kamera perekam.
Demikian pula suara. Ia adalah gelombang yang dipancarkan akibat pita suara bergetar. Dan pancaran gelombang itu menghasilkan energi yang bisa direkam oleh kita lewat telinga maupun oleh alat perekam elektronik, digital maupun analog.
Termasuk pikiran. Setiap kali berpikir dan berkata-kata dalam hati, maka kita juga memancarkan gelombang dan energi yang bisa direkam. Penelitian di berbagai negara maju, termasuk di Rusia, mendapati bahwa seseorang berpikir atau telepati (berkomunikasi dalam hati) ternyata otaknya selalu memancar-mancarkan gelombang elektromanetik. Dan getaran-getaran itu bisa direkam dengan menggunakan otak, misalnya EEG (Elektric Encephalo Graph).
Judul artikel ini saya pinjam dari Tauhid Nur Azhar dan Eman Sulaiman dalam bukunya “Ajaib bin Aneh. Yang pada halaman 21 dan 22 ia menyajikan sebuah renungan buat kita semua, tentang Compact Disk Semesta sebagai berikut ini.
Pernakah kita berbicara jarak jauh dengan seseorang dengan menggunakan HP? Jawabannya pasti pernah, bahkan boleh jadi kita melakukannya setiap hari. Biasanya, setelah selesai berbicara, pada handset kita akan terlihat beberapa data yang tersimpan, yaitu dengan siapa kita berbicara, atau berapa jumlah pulsa yang kita gunakan. Yang menarik, ke mana ya “larinya” isi percakapan tersebut? Perkataan kita dalam bentuk suara hilang begitu saja tanpa bisa diulang kembali.
Sesungguhnya, isi percakapan kita terserap dalam gelombang elektromagnetik. Ia terdekoding (tersandikan) dalam sebuah dimensi fisik kita. Dr. Kruschvinc dari California Institute of Technology berhipotesis bahwa setiap yang kita lakukan akan direkam oleh elemen-elemen di alam semesta, di mana “rekaman” tersebut akan disimpan dalam bentuk muatan. Ia menggambarkan keberadaan molekul besi sulfat yang bersifat negatif termasuk salah satu materi yang turut menentukan konformasi ingatan pada otak manusia. Jika memori dapat digambarkan sebagai sebuah profil muatan atau bagian dari sebuah medan, setiap elemen di alam semesta pasti memiliki memori masing-masing. Oleh karena itu jangan heran, di Padang Mahsyar kelak, ytang akan menjadi saksi atas semua yang pernah kita perbuat di dunia ini, adalah semua unsur di alam semesta yang pernah berinteraksi dengan kita, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Hebatnya, kecerdasan elemen alam semesta ini tidak terbatas pada kemampuan menyimpan data atau memori saja, melainkan juga pada kemampuan dalam menjalin sebuah proses komunikasi melalui banyak model. Jika kita mengenal e-mail, video call, chatting, SMS, dan hubungan telepon jarak jauh, di tingkat sel tubuh terdapat hormon, enzim, sitokin, saraf, dan hubungan elektromagnetik.
Bagaimana bisa terekam? Sungguh suatu mekanisme rekaman yang luar biasa. Rekaman manusia saja sudah menggunakan cahaya. Apakah ‘recorder’ Allah menggunakan cahaya juga, karena kan segala sesuatu memancarkan gelombang cahaya, gelombang electromagnetis yang dapat direkam, atau bisa juga ‘recorder’ Allah ini lebih canggih lagi.
Kalau semuanya telah terekam tentu kita tidak dapat mengelak lagi akan semua ucapan dan perbuatan kita pada hari perhitungan nanti. Wallaahu a’lam bishshowab
0 komentar:
Posting Komentar