Kisah Nabi Sulaiman sudah sangat dikenal baik oleh kaum muslimin, yahudi maupun nasrani. Beliau terkenal karena memiliki berbagai macam mukjizat yang diberikan oleh Allah SWT kepadanya. Diantara mukjizat itu ialah ia seorang raja yang memiliki kerajaan terindah yang tidak akan dimiliki oleh seorang raja manapun di belahan bumi ini dari dulu sampai hari kiamat. Ia juga memiliki kemampuan untuk berbicara dan mengerti bahasa para binatang, walaupun sekecil semut sekalipun.
Dalam hadits riwayat dari Sofyan Ats-Tsauri ia berkata,”Sampai kepadaku berita bahwa penguasa dunia itu ada 4 orang, yang dua orang mukmin dan 2 orang kafir. Mereka itu adalah Nabi Sulaiman, Zulqarnain, Namrud dan Bukhtanashar.” Nabi Sulaiman sudah dikenal di antara kaum muslimin, yaitu Nabi dan Rasul –Nya yang hidup sekitar 3000 tahun yang lalu di negeri Palestina. Sedangkan Zulkarnain, kisahnya dapat kita lihat di surat Al Kahfi, dia adalah raja yang shaleh yang memiliki kerajaan di timut dan barat dan dia pulalah yang membangun tembok pemisah dengan bangsa Ya’juj dan Ma’juj. Raja Namrud, sebagaimana kita ketahui, ia adalah raja yang mendebat Nabi Ibrahim As sepeti yang dikisahkan di surat Al Baqarah ayat 258 dan dia pula yang membakarnya. Ia adalah raja yang berasal dari Babilonia, seorang raja yang perkasa, pemburu ulung namun bertindak sewenang-wenang dalam masa yang cukup panjang yaitu 400 tahun. Sedangkan Bukhtanashar (mungkin juga dia adalah Sargon II dari bangsa Asyiria, Babilonia) adalah seorang raja kafir setelah Nabi Sulaiman As. Ia juga yang menghancurkan kaum Bani Israel, membunuh sebagian besar laki-lakinya serta menawan wanita dan anak-anak mereka serta menghancurkan Baitul Maqdis. Menurut Ibnu Katsir, pada saat itu Bani Israel tenggelam dalam kemaksiatan, sedangkan Nabi mereka saat itu ialah Armia bin Hilqiya As.
Nabi Sulaiman adalah berasal dari kaum Bani Israel, yaitu keturunan dari Nabi Allah Daud As. Ia adalah seorang raja yang arif dan bijaksana bahkan semenjak ia masih belum menjadi seorang raja. Dengan bimbingan dari Allah ia memiliki ilmu untuk menyelesaikan berbagai macam masalah yang ia dan masyarakatnya hadapi. Hal ini telah Allah terangkan di Surat Al Anbiya’ ayat 78-79, “Dan ( ingatlah kisah ) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing - kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu. Maka kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum ( yang lebih tepat ) ; dan kepada masing - masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah kami tundukkan gunung - gunung dan burung - burung , semua bertasbih bersama Daud . Dan Kamilah yang melakukannya”.
Syuraih Al Qadhi dan ulama salaf (terdahulu) lainnya menyebutkan bahwa di antara kaum tersebut ada beberapa orang yang mempunyai kebun anggur, lalu anggurnya itu dirusak oleh kambing orang lain. Kambing-kambing itu digembalakan pada malam hari, sehingga akhirnya memakan tanamannya secara keseluruhan. Kemudian mereka mengadu kepada Daud As, maka Daud memutuskan agar pemilik kambing-kambing itu membayar ganti rugi senilai tanaman yang dimakan tersebut. Setelah itu mereka datang kepada Nabi Sulaiman As, maka ia pun bertanya, “ Apa keputusan yang ditetapkan Nabi Allah kepada kalian ?” Mereka menjawab, “ Begini dan begitu.” Lebih lanjut Nabi Sulaiman berkata,” Jika aku memutuskan, maka aku akan menetapkan agar pemilik kambing itu menyerahkan kambing kepada pemilik pohon anggur tersebut untuk kemudian dimanfaatkan dan menghasilkan keuntungan, dan selanjutnya para pemilik kambing itu memperbaiki pohon-pohon anggur yang dimakan kambingnya dan mengembalikan kepada pemiliknya seperti sedia kala. Kemudian setelah itu baru kambing-kambingnya diserahkan kepadanya kembali. Lalu Nabi Daud As mendengar hal tersebut dan kemudian menetapkan hukum itu.
Hal yang hampir sama dengan peristiwa di atas juga dapat kita jumpai pada kitab Shahihain (Bukhari dan Muslim) dari dari Abu Hurairah RA, ia bercerita, Rasulullah SAW bersabda,” Ada 2 orang wanita yang masing-masing membawa seorang anak laki-lakinya, tiba-tiba ada seekor serigala yang menerkam salah seorang anak. Maka kedua wanita itu pun bertengkar memperebutkan anak yang masih ada (tidak diterkam serigala). Lalu wanita yang lebih tua berkata, “Anakmu yang dibawa lari serigala itu.” Dan yang lainnya berkata,”Bukan, tetapi anakmulah yang dibawa lari oleh serigala tadi.” Kemudian keduanya mengadu kepada Nabi Daud As, lalu Nabi Daud menetapkan bahwa anak yang masih hidup itu milik wanita yang lebih tua. Setelah itu, keduanya pergi menemui Nabi Sulaiman As, lalu ia berkata, “ Berikanlah aku pisau untuk aku bagi dengan pembagian masing-masing dari kalian setengah.” Maka yang termuda berkata,”Semoga Allah memberikan rahmat kepadamu, ia itu adalah anaknya (wanita yang lebih tua). “Maka ia pun menetapkapkan anak itu baginya” (maksudnya adalah wanita yang lebih muda, karena seorang ibu pastilah tidak ingin melihat anaknya mati dipotong, ia lebih memilih anaknya diserahkan kepada wanita yang lebih tua).
Ia juga memiliki tentara yang sangat banyak yang tidak mungkin ditandindingi oleh raja manapun di dunia ini. Sebagaimana yang Allah firmankan di dalam surat An Naml ayat 17 “Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib ( dalam barisan ).” Tentaranya bukanlah sekedar manusia saja, tetapi bahkan dari golongan jin dan burung-burung. Jin dan manusia berjalan bersamanya sedangkan burung-burung terbang di atasnya seraya menaungi mereka dengan sayap-sayapnya dari terik matahari.
Pernah di dalam suatu perjalanan, Nabi Sulaiman dan pasukannya ini sampai di lembah semut. Karena jumlah pasukan ini banyak sekali, maka salah seorang semut itu berkata kepada kaumnya “ Hai semut-semut sekalian, masuklah kalian ke dalam sarang kalian agar kalian tidak terinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedang mereka tidak menyadarinya.” Maka Nabi Sulaiman tersenyum dengan tertawa karena mendengar perkataan semut itu, lalu beliau berdoa : " Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai ; dan masukkanlah aku dengan rahmat - Mu ke dalam golongan hamba - hamba - Mu yang saleh " .
Selain semua keistimewaan itu, masih ada lagi yang lainnya yaitu ia mampu menundukkan syeitan-syeitan atas kehendak Allah. “Dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syetan-syetan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan syetan yang lain yang terikat dalam belenggu.” (Surat Shad ayat 37 dan 38). Syetan – syetan ini Allah tundukkan padanya agar Nabi Sulaiman dapat mendirikan istana-istana yang megah dan mengeluarkan berbagai macam mutiara yang sangat indah dari laut. Keistimewaan ini hanya diberikan kepada Nabi Sulaiman saja dan tidak diberikan kepada manusia lainnya. Dalam hal ini, beliau mampu memerintahkan kepada syetan-syetan itu berbagai macam pekerjaan, jika mereka menolaknya, maka beliau mampu pula menghukumnya atas perintah Allah. Jadi di sini Nabi Sulaiman bukanlah meminta tolong kepada syetan melainkan memiliki kemampuan untuk memerintah mereka tanpa ada konsekwensi timbal balik.
Sebagaimana raja-raja, Nabi Sulaiman juga memiliki kuda-kuda yang jinak dan sangat indah. Kuda-kuda ini pada suatu hari didatangkan kepadanya. “( Ingatlah ) ketika dipertunjukkan kepadanya kuda - kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat waktu berlari pada waktu sore , Maka ia berkata : " Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik ( kuda ) sehingga aku lalai mengingat kepada Tuhanku sampai kuda itu tertutup dari pandangan ". ( Ia berkata ) : " Bawalah kuda - kuda itu kembali kepadaku " . Lalu ia memotong kaki dan leher kuda itu”. (Surat Shad ayat 31-33).
Menurut para ulama ahli tafsir, kuda-kuda yang indah dan jinak itu ternyata sempat membuat Nabi Sulaiman terlambat shalat Ashar dan mengakhirkan waktunya. Karena sebab itulah maka beliau kemudian memanggil kuda-kuda tadi lalu menyembelih leher dan kakinya. Menurut ulama yang lain, Nabi Sulaiman tidak menyembelih kuda tersebut, hanya mengusap-usap leher dan kakinya saja.
Bagi seorang Nabi, keridloan Allah adalah yang utama, karena itulah beliau meninggalkan kuda-kuda tersebut agar selalu bisa mengingat-Nya. Ternyata Allah menggantikan kuda itu dengan yang lebih baik untuk Nabi Sulaiman, yaitu angin. “Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya “. (Surat Shad ayat 36). “Dan Kami ( tundukkan ) angin bagi Sulaiman , yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanan di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan ( pula )…. “(Surat Saba’ ayat 12).
Ibnu Katsir dalam kitabnya “Kisah-Kisah Para Nabi (Qishash Al Anbiya’) mengatakan bahwa Allah memberikan kepada Nabi Sulaiman angin yang mempunyai kecepatan paling tinggi dan kekuatan yang sangat besar. Selain itu, Nabi Sulaiman juga mempunyai karpet permadani yang di dalamnya terdapat berbagai macam kayu. Dengan kayu itu ia leluasa mengambil apa saja yang ia butuhkan dan membuat tempat tinggal, benteng-benteng dan kemah. Selain itu juga terdapat berbagai kenikmatan yang menyenangkan. Dalam cerita yang lain juga disebutkan bahwa dengan permadani itu ia dapat membawa pasukannya untuk berperang melawan musuh di negeri lainnya. Jika ia ingin lebih kencang lagi, maka ia hanya menyuruh angin tersebut untuk lebih cepat lagi menerbangkannya.
Dalam suatu perjalanan dari Baitul Maqdis menuju Ishtikhar yang jarak perjalanannya biasa ditempuh dalam 1 bulan, maka oleh angin itu ia diterbangkan pada permulaan siang, lalu ia menetap di sana pada akhir siang. Dan kemudian ia kembali lagi ke Baitul Maqdis pada akhir siang hari. Ulama lainnya, Hasan Basri mengatakan bahwa Nabi Sulaiman bertolak dari Damaskus di Syiria dan kemudian singgah di Ishtikhar, lalu makan di sana dan selanjutnya ia kembali darinya dan menginap di Kabul, Afganistan yang jarak antara Damaskus dengan Ishtikhar itu sama dengan perjalanan 1 bulan, sedangkan Ishtikhar dan Kabul itu sama dengan perjalanan 1 bulan juga.
Ibnu Katsir menjelaskan tentang Surat Saba ayat 12 di atas adalah bahwa apabila Nabi Sulaiman mengadakan perjalanan dari pagi sampai tengah hari, maka jarak yang ditempuhnya sama dengan jarak perjalanan unta yang cepat dalam 1 bulan. Demikian halnya jika ia mengadakan perjalanan dari tengah hari sampai sore hari, maka kecepatannya sama dengan perjalanan 1 bulan. Perjalanan unta selama 1 bulan kira-kira menempuh jarak kurang lebih 2000 km, tetapi ini bisa dilakukan oleh Nabi Sulaiman atas pertolongan Allah melalui perantara angin hanya setengah hari perjalanan saja. Di saat itu tidak ada teknologi pesawat terbang seperti sekarang ini, tetapi Nabi Sulaiman mampu terbang seperti mengendarai pesawat terbang zaman sekarang. Menurut perkiraan kami angin tersebut dapat berhembus dengan kecepatan kurang lebih 100 m/detik atau 360 km/jam atau bahkan mungkin bisa lebih cepat dari itu, wallahu’alam. Sebagai perbandingan, angin taufan tornado yang dingin dapat bergerak dengan kecepatan sampai 800 km/jam sehingga dapat mengangkat rumah sekalipun. Saat ini manusia telah mencapai taraf teknologi yang cukup tinggi, kita juga memanfaatkan angin untuk bisa terbang di udara dengan pesawat terbang, contohnya pesawat jet yang dapat menyemburkan angin sampai kecepatan 300 km/jam pada ketinggian 10.000 meter. Bahkan sekarang ini, manusia sudah mampu membuat pesawat tempur dengan kecepatan yang lebih besar beberapa kali lipat daripada kecepatan bunyi (340 m/detik). Dengan demikian itu, tentunya mukjizat Nabi Sulaiman ini sangatlah bisa menjangkau alam pikiran kita.
Nabi Sulaiman saat itu telah melewati batas ruang dan waktu yang tidak dapat dilakukan oleh orang-orang lain di zamannya. Jarak yang jauh akan terasa singkat, waktu pun menjadi lambat baginya. Itulah salah satu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada Nabi-Nya sebagai pertanda untuk seluruh manusia di zamannya.
0 komentar:
Posting Komentar