Ada 2 pandangan yang populer mengenai siapakah raja atau penguasa negera dari Ashabul Kahfi berada. Semua pandangan ini didasarkan pada penguasaan Romawi atas daerah-daerah di utara Semenanjung Arabia, yang dulunya disebut sebagai Syam sampai ke daerah Turki. Syam sekarang meliputi negara Syiria, Libanon, Israel, Palestina dan Yordania. Dahulunya negeri Syam adalah daerah kekuasaan Romawi Timur sampai Islam menguasainya ketika berada di bawah kekhalifahan Umar bin Khatab Ra.
Pandangan pertama mengatakan bahwa kisah ini terjadi di zaman pemerintahan kaisar Romawi Timur Diqyanus atau Decius yang memerintah Romawi timur pada sekitar 249-251 Masehi. Pada saat itu, pemerintahan dipusatkan di kota Amman Yordania sebelum dipindahkan ke Turki oleh kaisar Konstantin yang mendirikan kota Konstantinopel (Istambul) sekitar awal tahun 300 Masehi. Diqyanus terkenal sebagai kaisar yang kejam dan suka menyiksa penduduk yang tidak sepaham dengannya. Pada saat itu Romawi masih merupakan negara yang menyembah patung berhala dewa-dewa. Jika ada yang menolak penyembahan patung-patung berhala itu maka ia akan bertindak kejam bahkan membunuh orang tersebut. Kemudian dikatakan bahwa Ashabul Kahfi bangun di saat pemerintahan kaisar Theodocius II yang memerintah Romawi Timur sekitar tahun 408 sampai 521 Masehi. Kaisar-kaisar Romawi Timur memeluk agama Nasrani setelah Kaisar Konstantin di tahun 300an Masehi menjadikannya agama negara, termasuk di dalamnya Teodocius II. Tetapi tentunya di sini sudah banyak sekali penyelewengan dari ajaran yang sebenarnya, salah satunya adalah konsep Trinitas yang mengakui adanya 3 Tuhan yaitu Tuhan Bapa, Tuhan anak dan Roh Kudus.
Pandangan kedua ialah kisah ini terjadi ketika Romawi Timur diperintah oleh kaisar Trajan atau Trajanus sekitar tahun 98 – 117 Masehi. Manuskrip sejarah membuktikan bahwa kaisar yang diktator ini menyembah berhala dan membunuh siapa saja yang menentang penyembahan tuhan-tuhannya. Lebih-lebih lagi, kaisar ini mengeluarkan undang-undang yang tegas yang berisi hukuman terhadap para penolak penyembahan berhala. Kaisar pada saat itu mungkin berada di pusat ibukota di Damascus, Syiria dan memiliki tangan kanan gubernur-gubernur di kota-kota besar. Salah satu sumber sejarah menyebutkan bahwa terdapat sebuah surat yang ditulis oleh Gubernur Romawi Pilinius (69-113 M) yang berada di Barat Laut Anatolia kepada Kaisar Trajanus, ia merujuk kepada sekelompok pengikut agama Messiah / Masehi (asal katanya mungkin dari Al Masih yaitu gelar untuk Nabi Isa As) atau Nasrani yang dihukum karena menolak menyembah patung berhala. Dikatakan bahwa Ashabul Kahfi adalah salah satu diantara pengikut Isa Al Masih yang masih memegang teguh ajaran yang sebenarnya, yaitu mentauhidkan Allah. Kemudian mereka dibangunkan saat pemerintahan Kaisar Teodocius II yang memerintah Romawi Timur antara tahun 408 sampai 450 Masehi.
Jika kita simak baik-baik Surat Al Kahfi ayat 25 telah disebutkan bahwa mereka tinggal di dalam gua selama 300 tahun Syamsiah atau 309 tahun Qamariah. Jika kita masuk ke pendapat pertama yaitu saat Diqyanus memerintah, maka paling awal adalah di tahun 249 Masehi, sedangkan Theodocius II paling akhir memerintah di tahun 450 Masehi. Dari data ini maka dapatlah kita ketahui bahwa rentang waktu awal Diqyanus memerintah sampai akhir masa pemerintahan Teodocius II hanya berjarak 201 tahun saja. Pendapat pertama ternyata bertentangan dengan ayat 25 di atas, jika ternyata data ini memang benar-benar akurat. Otomatis jika pendapat tersebut bertentangan dengan Al Qur’an pastilah salah, sebab hanya Al Qur’an sajalah sumber kebenaran yang hakiki.
Jika kita lihat pendapat kedua, maka pendapat ini masih memungkinkan untuk benar, karena jika dilihat rentang waktu dari Trajanus yaitu di tahun 98 – 117 Masehi sampai ke Teodocius II di tahun 408 sampai 450 Masehi akan sampai lebih dari 300 tahun. Jika kita ambil rentang waktu terjauhnya akan didapatkan angka 352 tahun, sedangkan rentang waktu sejak awal Trajanus memerintah sampai awal Teodocius II adalah 310 tahun. Sehingga dari sini jelaslah bahwa pendapat kedua lebih bisa diterima karena sesuai dengan ayat 25 di atas. Bisa jadi di rentang waktu antara kedua kaisar inilah Ashabul Kahfi berada.
Kedua pendapat di atas memang mayoritas kita dapatkan di beberapa referensi tentang kisah Ashabul Kahfi, tetapi ini pun tidak bisa dipastikan 100% kebenarannya. Alasan utamanya ialah karena cerita ini sudah sekian lama terjadi, bahkan sebelum kelahiran Rasulullah Muhammad SAW dan mungkin seringkali tercampur dengan pendapat sebagian besar orang-orang Nasrani. Agaknya cerita ini digabungkan oleh orang-orang Nasrani dengan berbagai kisah sejarah para pengikut sekte-sekte Kristen yang dikejar-kejar penguasa Romawi yang menyembah berhala sebelum masa Kaisar Konstantin (300 Masehi). Contoh sekte Kristen yang terkenal adalah sekte Yesuit Qumran yang berlindung di gua Qumran daerah kekuasaan Israel saat ini karena dikejar-kejar oleh penguasa Romawi. Di gua ini ditemukan banyak sekali manuskrip-manuskrip kuno yang bercerita tentang masa depan dan masa lalu yang sebagiannya disimpan di perpustakaan Paus di Vatikan.
Kalau kita analisa kembali cerita-cerita di atas mungkin masih sangat jauh dari kebenaran karena hanya berjarak sekitar 250an tahun dari masa Rasulullah SAW. Orang-orang Arab Mekah sudah seringkali berdagang menuju ke daerah Syam, yaitu daerah orang-orang Nasrani saat itu, tetapi mengapa tidak ada seorang pun dari mereka yang mendengar kisah itu sebelumnya dari nenek moyang mereka ?. Sedangkan yang mengetahui dengan baik kisah itu adalah orang-orang Yahudi Madinah saat itu sebab Surat Al Kahfi ini diturunkan karena pertanyaan mereka kepada Nabi Muhammad untuk menguji kenabiannya melalui perantara orang Mekah. Pendeta Yahudi Madinah mengetahui kisah ini secara pasti melalui kitab Taurat mereka yang asli. Kita tahu sendiri bahwa kitab Taurat Nabi Musa As diturunkan jauh sebelum Nabi Muhammad SAW sekitar tahun 1500-1300 SM, berarti pastinya kejadian itu berlangsung sebelum kenabian Musa As. Karena kejadian itu terpaut jarak yang sangat jauh, maka akan sulit sekali untuk melacak sejarahnya. Oleh sebab itu, hanya Allah sajalah yang Maha Mengetahui siapa, dari mana, kapan mereka hidup dan dibangunkan kembali, wallahua’lam.
0 komentar:
Posting Komentar