Kisah ini bisa kita temukan di surat Al Baqarah ayat 259 di bawah ini :
Atau apakah ( kamu tidak memperhatikan ) orang yang melalui suatu negeri yang ( temboknya ) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata, " Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur ? " maka Allah mematikan orang itu seratus tahun , kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya, " Berapakah lamanya kamu tinggal di sini? ". Ia menjawab, " Sehari atau setengah hari ". Allah berfirman, " Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya, dan lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah, dan lihatlah kepada keledai kamu ( yang telah menjadi tulang belulang ). Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia, dan lihatlah kepada keledai itu, bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami menutupnya dengan daging. Maka tatkala telah nyata kepadanya ( bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati ) dia pun berkata, " Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu “.
Para sejarawan muslim masih berbeda pendapat tentang siapakah yang dimaksud di dalam ayat di atas. Ibnu Jarir, Wahab bin Munabbih, Abdullah bin Umair, Hisyam bin Al Kilabi dan beberapa ulama yang lain mengatakan bahwa orang yang dimaksud oleh ayat di atas adalah Nabi Armia As yaitu Nabi Bani Israel setelah masa Nabi Sulaiman As. Sedangkan diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Salam, Ibnu Abbas, Hasan Bashri, Qatadah, Al Sadi, Sulaiman bin Burdah dan lain-lain mengatakan bahwa ia bernama Aziz bin Jarwah. Riwayat yang lainnya ia bernama Uzair bin Sarukha.
Walaupun semua riwayat tersebut berbeda-beda dalam memperkirakan siapakah yang dimaksud pada ayat di atas, namun kesemuanya sepakat tentang kota yang dihancurkan tersebut. Kota yang dihancurkan tersebut adalah kota Iliya (Yerusalem) yang didalamnya terdapat Masjidil Aqsa. Kota ini dihancurkan oleh Raja Bukhtanashar dari Babilonia setelah keadaan Bani Israel benar-benar telah jauh dari Allah.
Kejadian ini berlaku setelah kepemimpinan Bani Israel diperintah oleh raja-raja pasca Nabi Sulaiman As (sekitar tahun 1000 SM). Di masa kemakmuran itu ternyata para raja dan penguasa mereka benar-benar mengingkari nikmat-Nya dan telah diperdaya oleh kehidupan dunia dan melupakan Kitab-Nya serta mengingkari Rasul-Nya. Para ulama mereka menjadikan Bani Israel sebagai budak yang menyembahnya dan mereka juga memperlakukannya tanpa berdasarkan Kitabullah. Para fuqaha mereka hanya mempelajari hal-hal yang menjadi pilihan mereka dan untuk memuaskan raja-raja mereka sehingga mereka akan mengikuti berbagai macam bid’ah dan mentaati raja yang durhaka kepada Allah. Sedangkan ahli ibadah mereka sama sekali tidak mengambil manfaat dari apa yang mereka kerjakan. Dari keadaan yang sudah parah inilah, keadaan rakyat pun juga menjadi sangat jauh dari Allah SWT. Keadaan ini tidak Allah biarkan saja, kemudian Allah mengutus Nabi Armia bin Hilqiya dari kalangan mereka sendiri yang menyeru mereka siang dan malam untuk kembali kepada jalan yang benar.
Nabi Armia telah menyerukan dakwah kepada raja Hizqiya yang memerintah Bani Israel saat itu, bahkan ia telah memperingatkan tentang kehancuran Bani Israel jika masih saja dalam keadaan bermaksiat kepada Allah SWT. Seruan Nabi ini tidak digubris sama sekali oleh raja Hizqiya, bahkan ia menentangnya serta memenjarakannya. Selanjutnya hal ini telah Allah terangkan di dalam Al Qur’an Surat Al Isra ayat 4 sampai 8 seperti di bawah ini.
Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu, " Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar " .
Maka apabila datang saat hukuman bagi ( kejahatan ) pertama dari kedua ( kejahatan ) itu, Kami datangkan kepadamu hamba - hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar , lalu mereka merajalela di kampung kampung , dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana .
Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak - anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang telah besar .
Jika kamu berbuat baik ( berarti ) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat , maka ( kejahatan ) itu bagi dirimu sendiri , dan apabila datang saat hukuman bagi ( kejahatan ) yang kedua , ( kami datangkan orang - orang lain ) untuk menyuramkan muka - muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh - musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis - habisnya apa saja yang mereka kuasai .
Mudah - mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat -Nya kepadamu, dan sekiranya kamu kembali kepada ( kedurhakaan ) , niscaya Kami kembali ( mengazabmu ) dan Kami jadikan nereka jahannam penjara bagi orang - orang yang tidak beriman .
Para ahli tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kerusakan pertama ialah membunuh Nabi Sya’ya dan memenjarakan Nabi Armia, sedangkan kejahatan kedua ialah membunuh Nabi Zakaria dan Yahya serta bermaksud membunuh Nabi Isa As. Sedangkan dalam cerita ini yang dimaksud adalah Bani Israel melakukan kejahatan pertama, yaitu membunuh Nabi sebelumnya, yaitu Nabi Sya’ya dan memenjarakan Nabi Armia As. Pada saat itulah janji Allah terlaksana, yaitu ia menggerakkan Bukhtanashar untuk datang ke kota mereka yaitu Iliya (Yerusalem) dan mengepung ketat kota itu. Setelah pengepungan itu, Bukhtanashar dan pasukannya masuk ke dalam kota dan menghancurkan apa saja yang dapat mereka kuasai, termasuk di dalamnya ialah menghancurkan Masjidil Aqsa, seperti firman Allah “Lalu mereka merajalela di kampung-kampung”. Sa’id bin Musayyab menceritakan bahwa pasukan Bukhtanashar membunuh sekitar 70.000 orang Bani Israel, menawan para wanita dan anak-anak mereka. Sedangkan orang-orang Bani Israel lainnya yang selamat berpencar kemana-mana, ada yang tinggal di daerah Hijaz, Yatsib (Madinah), Wadil Qura dan Mesir.
Nabi Armia yang masih berada di penjara lalu bertemu langsung dengan Bukhtanashar, hanya saja ia tidak dibunuh oleh raja itu, bahkan ia ditawarkan untuk menetap di negerinya dengan pengamanan darinya, wallahu’alam. Tetapi, yang pasti adalah kota Yerusalem saat itu benar-benar hancur berantakan dan ditinggalkan penduduknya, bahkan hanya binatang-binatang buas saja yang mungkin ada di sana.
Dari sinilah perbedaan persepsi di kalangan para mufasirin tentang siapakah orang yang dimaksud di dalam Surat Al Baqarah ayat 259 itu. Untuk mempersingkat pembahasan ini, kita ambil cerita yang populer saja, yaitu dari Ishak bin Basyar dari beberapa riwayat bahwa orang tersebut bernama Uzair bin Sarukh. Dikisahkan bahwa ia adalah seorang hamba yang shaleh lagi bijak yang berasal dari Bani Israel, hanya saja dia bukanlah penduduk Yerusalem. Pada suatu hari, ia pergi menuju ke kampung asalnya, lalu ketika kembali lagi ia jalan melewati kota ini yang sudah benar-benar hancur berantakan dan melihat tulang-tulang yang berserakan di dalamnya. Kemudian ia berteduh pada suatu bangunan rumah disana untuk beristirahat. Pada saat itu ia mengendarai keledainya, kemudian turun untuk memeras anggur yang dibawanya serta memakannya dengan roti. Dalam hatinya ia berkata,”Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur ?”. Dalam hatinya sebenarnya ia tidak pernah ragu bahwa Allah mampu menghidupkan dan mematikan. Kemudian Allah mengutus malaikat maut untuk mencabut nyawanya, kemudian Dia mematikannya selama 100 tahun. Perbedaan cerita ini dengan yang mengatakan bahwa ia adalah Armia adalah Armia As tidak diwafatkan, hanya ditidurkan saja, karena hakekatnya tidur itu adalah wafat juga tetapi hanya sementara.
Setelah 100 tahun berlalu, kemudian Allah mengutus seorang malaikat untuk menghidupkannya kembali, mulai dari hatinya, sehingga ia dapat merasakan, akalnya pun dapat berfikir serta kedua matanya pun dapat melihat sehingga ia dapat mengerti bagaimana sebenarnya Allah menghidupkan segala sesuatu yang sudah mati.
Selanjutnya tulang belulangnya dilapisi oleh daging, rambut dan kulit setelah itu ditiupkan roh ke dalamnya. Pada saat ia benar-benar melihat dan memahami. Kemudian ia duduk dan malaikat bertanya kepadanya, “Berapa lama kamu tinggal di sini ?”
Ia menjawab, " Sehari atau setengah hari. " Hal ini terjadi karena ia tinggal di sana pada permulaan siang dan dihidupkan kembali pada akhir siang sedangkan matahari belum lagi terbenam. Kemudian Allah berfirman, " Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya, dan lihatlah kepada makanan dan minumanmu (yaitu roti yang kering dan hasil perahan anggur) yang belum lagi berubah. Demikian pula dengan buah tin dan anggur yang bersamanya, sama sekali tidak mengalami perubahan.
Kemudian malaikat juga berkata, “Dan lihatlah kepada keledaimu”. Maka ia menoleh kepada keledainya, ternyata tinggal tulang belulang dan telah tercerai-berai. Kemudian malaikan menunjukkan kepadanya bagaimana Allah menghidupkan kedelai itu kembali. Ia memanggil keledai itu, kemudian datanglah tulang-tulangnya dari segala penjuru dan menyatu seperti sedia kala. Kemudian malaikat memasang urat-urat dan otot-ototnya kembali. Lalu dilapisinya dengan daging dan kulit hingga akhirnya tumbuh rambut sendiri. Selanjutnya baru malaikat itu meniupkan ruh ke dalam tubuh keledai tersebut sehingga ia bisa bergerak lagi. Begitulah, Allah menunjukkan kepada Uzair bagaimana ia menyusun kembali tulang-tulang yang telah berserakan menjadi hidup seperti sedia kala. Hal ini ternyata membuat Uzair semakin mantap imannya kepada Allah SWT dan terjawab sudah pertanyaannya tentang bagaimana Allah menghidupkan orang telah mati. Maka tatkala telah nyata kepadanya ( bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati ) dia pun berkata, " Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu “.
Selanjutnya Uzair menunggangi keledainya menuju ke tempat tinggalnya, namun orang-orang tidak ada seorang pun yang mengenalinya lagi. Begitupun dengannya, ia tidak mengenal orang-orang yang berada di kampungnya lagi. Kemudian dengan penuh kebimbangan, ia bertolak ke sebuah rumah yang dahulunya pernah ia tinggali dan menemukan ada seorang nenek-nenek yang sudah sangat tua umurrnya sampai seratus tahun lebih. Ketika Uzair dulu pergi dari rumahnya, wanita ini masih berumur 20 tahun dan benar-benar mengenalnya.
Selanjutnya Uzair bertanya kepada nenek itu,”Wahai ibu, apakah ini benar rumahnya Uzair ?”.
Lalu nenek itu menjawab,”Ya, benar ini rumah Uzair”.
Kemudian wanita tua itu menangis seraya berkata,”Aku tidak pernah menemukan seseorang pun yang berusia bertahun-tahun yang masih ingat kepada Uzair, sedangkan ia sudah tidak lagi diingat oleh orang-orang.”
Kemudian Uzair berkata,”Ini aku Uzair. Allah telah mematikanku selama 100 tahun, kemudian membangkitkanku kembali.”
Wanita itu menjawab,”Subhanallah. Sesungguhnya kami telah kehilangan Uzair sejak 100 tahun yang lalu dan kami sama sekali tidak pernah mendengar namanya lagi.”
“Sesungguhnya aku ini adalah Uzair.”
Wanita itu berkata,”Sesungguhnya Uzair itu seorang yang doanya senantiasa dikabulkan. Ia senantiasa mendoakan kesembuhan bagi orang yang sedang sakit. Maka doakanlah aku supaya Allah menyembuhkan aku dan mengembalikan pandanganku kembali agar aku dapat melihatmu, jika kamu benar-benar Uzair yang pernah aku kenal.”
Maka Uzair pun berdoa kepada Allah kemudian mengusapkan tangannya ke kedua mata wanita itu sehingga akhirnya ia dapat melihat lagi, lalu Uzair memegang tangan wanita itu lalu berkata,”bangunlah dengan izin Allah.”
Maka Allah melepaskan kedua kakinya sehingga ia dapat berjalan tegak lagi, seolah-olah baru lepas dari ikatan. Kemudian ia melihat dan berkata,”Aku bersaksi bahwa engkau memang Uzair.”
Kemudian wanita tua itu berangkat ke tempat Bani Israel yang ketika itu tengah berada di majelis mereka. Sedangkan putera Uzair yang telah tua yang sudah berumur 118 tahun tengah berkumpul dengan anak-anak dan cucunya di suatu majelis. Maka wanita itu pun meneru mereka seraya berkata, “ Inilah Uzair datang kepada kalian.”
Namun mereka tidak ada yang mempercayainya. Lalu ia berkata lagi, “Aku ini adalah si fulan, yang merupakan budak kalian. Ia telah mendoakanku sehingga Allah menyembuhkan pandanganku dan melepaskan kedua kakiku dan ia juga mengaku bahwa Allah telah mematikannya 100 tahun dan membangkitkannya kembali.”
Kemudian orang-orang itu bangkit dan berdatangan kepadanya. Kemudian mereka melihatnya, lalu puteranya berkata,”Sesungguhnya ayahku mempunyai tanda hitam di antara kedua bahunya.”
Kemudian ia membuka bagian antara kedua bahunya, dan ternyata ia memang benar-benar Uzair. Maka Bani Israel pun berkata,”Sesungguhnya tidak ada seorang pun di antara kami yang lebih hafal Taurat melebihi Uzair. Sebagaimana diceritakan, bahwa Bukhtanashar telah membakar Taurat dan tidak ada sedikitpun yang tersisa kecuali yang dihafal oleh beberapa orang. Karena itu, tulislah taurat untuk kami.”
Dan Taurat dulu pernah dikebumikan oleh ayahnya pada masa-masa Bukhtanashar di suatu tempat yang tidak diketahui kecuali oleh Uzair. Oleh karena itu ia membawa Bani Israel ke tempat itu dan menggali tempat itu untuk kemudian dikeluarkan Taurat tersebut darinya.”
Lalu Uzair duduk-duduk di bawah sebatang pohon yang rindang sedangkan Bani Israel duduk di sekelilingnya. Lalu ia memperbaharui Taurat itu untuk mereka. Kemudian ada 2 cahaya turun dari langit dan masuk ke dalam kitab tersebut. Lalu ia mengajarkan Taurat kepada Bani Israel. Dan dari sanalah orang-orang Yahudi mengatakan,”Uzair adalah anak Allah.” Hal ini dikarenakan ia dianggap telah memperbaiki Taurat dan mengurus seluruh urusan Bani Israel. Kampung dimana ia meninggal disebut bernama Sayarabadz.
Sahabat Nabi Ibnu Abbas RA mengatakan bahwa Uzair dihidupkan kembali dalam kondisi seperti sediakala, yaitu berumur 40 tahun. Ia diwafatkan di masa Bukhtanashar dan dibangkitkatkan kembali setelah masa pemerintahan Bukhtanashar. Yang populer bahwa Uzair adalah seorang Nabi untuk Bani Israel dan hidup antara masa Nabi Sulaiman dan Nabi Isa As.
Sebenarnya ada beberapa kisah Bani Israel yang kejadiannya mirip seperti apa yang menimpa Uzair, tetapi kisah ini sudah cukup mewakili. Dari kisah ini sebenarnya ada pelajaran berharga bagi kita kaum muslimin, yaitu bahwa sesungguhnya Allah mampu menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati bahkan yang telah menjadi tulang belulang sekalipun dengan kehendak-Nya. Kejadian ini semakin memperkuat iman kita bahwa sesungguhnya hari kiamat dan hari kebangkitan itu suatu saat pasti akan terjadi.
Begitulah kisah Uzair, yang Allah memperkenankannya untuk hidup pada 2 waktu yang berbeda. Kisah ini hampir sama dengan kisah para Ashabul Kahfi, bedanya ialah Uzair diwafatkan dahulu oleh Allah bahkan sampai menjadi tulang belulang, sedangkan Ashabul Kahfi hanya ditidurkan saja. Setelah dibangkitkan kembali oleh Allah, Uzair sempat hidup cukup lama bersama Bani Israel untuk mengajarkan kitab Taurat kepada mereka, sedangkan Ashabul Kahfi setelah dibangunkan oleh Allah tidak lama kemudian pada hari yang sama diwafatkan-Nya. Kedua peristiwa ini telah menunjukkan kepada kita tentang orang-orang yang menembus batas ruang dan waktu dengan izin dari Allah SWT. Semua mukjizat ini tidak lain hanyalah untuk menunjukkan kepada manusia kebesaran Allah dan mempercayai hari kebangkitan.
0 komentar:
Posting Komentar