Latest News
Jumat, 27 Februari 2015

KISAH AJAIB NABI MUHAMMAD MENEMBUS RUANG DAN WAKTU

KISAH AJAIB NABI MUHAMMAD

Nabi Muhammad SAW yang merupakan Nabi dan Rasul terakhir untuk ummat manusia InsyaAllah sudah kita kenal sejak kecil. Nabi kita inilah yang menjadi uswatun hasanah (contoh yang baik) bagi seluruh umat manusia dari sejak diutusnya sampai akhir zaman nanti. Sebagai Nabi terakhir, maka beliau membawa syariat Islam yang berlaku sampai berakhirnya alam semesta ini. Sebelum wafatnya, Rasulullah meninggalkan warisan yang sangat berharga kepada kita umatnya, yaitu Al Qur’an dan Hadits yang didalamnya terdapat syariat Islam, hukum-hukum, kisah-kisah, ilmu pengetahuan dll. Dengan keduanya inilah kita dituntun agar selalu berada di jalan yang lurus, yaitu jalan yang Allah ridloi.

Allah telah melebihkan Nabi Muhammad SAW di atas para Nabi dan Rasul lainnya dan mengangkatnya ke derajat yang paling tinggi. Tidak ada satu pun Nabi dan Rasul yang langsung diajak bicara oleh Allah di tempat-Nya yang tinggi di Sidratul Muntaha kecuali Rasulullah SAW. Tidak ada seorang Nabi maupun Rasul yang diberikan hak syafaat kubra di hari penghisaban nanti kecuali Rasulullah SAW. Dialah Nabi yang pertama kali membuka pintu surga dan yang pertama kali pula memasukinya sebelum seluruh manusia dan jin yang beriman masuk ke dalamnya. Dialah Nabi yang membawa masuk ummatnya ke dalam surga terlebih dahulu sebelum umat-umat Nabi lainnya. Seluruh keistimewaan yang Allah karuniakan kepadanya tidaklah pernah membuatnya merasa sombong bahkan beliau melarang kita untuk mengunggulkan dirinya diatas Nabi-Nabi Allah lainnya.

Selama dalam perjalanan dakwahnya yang penuh dengan rintangan dan cobaan dari orang-orang kafir telah dilaluinya dengan tabah dan sabar. Selama 13 tahun di Mekkah beliau berdakwah di kalangan orang-orang Quraish banyak mendapatkan kesulitan dan rintangan terutama dari pemuka-pemuka kaumnya. Hanya ada beberapa puluh orang saja dari orang-orang Quraish yang mau menerima ajakannya. Selama berdakwah di Mekkah beliau selalu didukung oleh istri tercintanya, Khadijah dan dilindungi oleh pamannya Abu Thalib yang juga salah seorang pemuka Quraish yang disegani. Tetapi takdir Allah memang sudah ditentukan, kedua orang yang selama ini menjadi penopang dakwahnya kembali kepada Allah di tahun yang sama pula. Hal ini tentunya sangatlah membuatnya merasa sedih sekali, ditambah lagi tekanan para pemuka-pemuka Quraish terhadap dirinya dan para pengikut-pengikutnya semakin bertambah gencar.

Di saat puncak kesedihan inilah Allah Sang Pelindung sejati memberikannya kesempatan yang tidak pernah ada seorang pun yang memilikinya untuk melihat sebagian dari kekuasaan-Nya di langit dan napak tilas perjuangan Nabi-Nabi sebelumnya. Kisah perjalanan inilah yang sampai sekarang pasti telah sering kita mendengarkannya, yaitu perjalanan Isra dan Mi’raj. Kisah ini adalah perjalanan yang sangat spektakuler bagi manusia di zaman itu mapun di zaman modern saat ini. Di zaman Nabi masih hidup, kisah ini menjadi cemoohan di kalangan orang-orang kafir Quraish terhadap diri Nabi, hanya orang-orang beriman sajalah yang meyakininya. Bagaimana di zaman sekarang yang sudah modern ini ? pastilah hanya orang-orang yang beriman saja yang meyakini kisah ini 100%, mengapa ?. Mukjizat ini begitu luar biasa sampai-sampai tidak ada satu pun ilmu fisika modern yang bisa menjelaskan kejadian itu dengan baik.

Sebelum melangkah lebih jauh lagi, maka sebaiknya kita runut dulu kisah ini dari awal agar benar-benar jelas kejadiannya. Isra berarti adalah perjalan Nabi Muhammad dari Masjidil Haram di Mekah menuju ke Masjidil Aqsa di Palestina. Dalil yang menunjukkan kisah ini adalah Surat Al Isra ayat 1 “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba - Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda - tanda ( kebesaran ) Kami . Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Sedangkan Mi’raj adalah perjalan Nabi Muhammad dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha untuk menerima perintah shalat 5 waktu. Dalil Al Qur’an menerangkan tentang Mi’raj adalah di surat An Najm ayat 13-18.

“Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu ( dalam rupanya yang asli ) pada waktu yang lain . ( yaitu ) di Sidratul Muntaha. Sedang di dekatnya ada surga tempat tinggal ( orang - orang yang takwa ). ( Muhammad melihat Jibril ) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya ( Muhammad ) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak ( pula ) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda - tanda ( kekuasaan ) Tuhannya yang paling besar “.

Kisah perjalanan Isra dan Mi’raj ini bisa kita lihat lebih detailnya pada hadits-hadits, baik itu kitab Shahihain (Bukhari-Muslim) maupun kitab-kitab Sunan (Tirmidzi, Nasai, Abu Dawud dan Ibnu Majah). Ada beberapa versi hadits dari riwayat para sahabat Nabi, tetapi untuk mempersingkat kisah ini kami hanya mengambil beberapa hadits saja.

Anas bin Malik mengatakan dari Malik bin Sa’sa bahwa Rasulullah berkata : Aku berada di dekat Ka’bah dalam kondisi antara tidur dan terjaga ketika itu aku mendengar seseorang berkata : dia adalah orang ketiga diantara 2 orang. Kemudian dia datang padaku dan membawaku bersamanya. Kemudian baskom emas yang berisi air zam-zam dibawakan untukku dan hatiku dibelah dari bagian ini sampai bagian itu. Qatadah berkata : Aku bertanya kepadanya yang saat itu bersamaku, apa yang dimaksud dari bagian ini sampai bagian itu ?. Dia menjawab : (Itu berarti bahwa ia telah dibuka) dari bagian bawah dadanya. (Kemudian hadits berlanjut) : Hatiku telah diambil dan kemudian dicuci dengan air zam-zam dan setelah itu dikembalikan ke posisi semula, setelah diisi dengan iman dan hikmah. Aku kemudian dibawakan seekor hewan yang disebut Buraq, lebih besar daripada keledai tetapi lebih kecil daripada kuda. Langkahnya sejauh pandangan mata. Aku menaikinya, dan kemudian kami pergi sampai ke langit terendah.

Ini adalah salah satu hadits riwayat Muslim pada buku 1 nomor 314, tetapi masih banyak hadits-hadits lain baik dari Muslim sendiri atau yang lainnya yang menceritakan tentang kisah sebelum perjalanan tersebut. Memang satu hadits ini tidak mungkin mewakili semuanya, tetapi paling tidak kita tahu alur ceritanya berdasarkan hadits yang terpercaya.

Dari hadits di atas dijelaskan bahwa Rasulullah SAW pada saat itu berada di dekat Kabah dalam kondisi setengah sadar. Kemudian datanglah malaikat yang membawa baskom emas yang berisi air zam-zam. Selanjutnya malaikat tersebut membelah dadanya dan mengambil hatinya kemudian dicuci dengan air zam-zam lalu diisi dengan iman dan hikmah. Selanjutnya Nabi menaiki seekor hewan yang bernama Buraq yang ukurannya lebih besar daripada keledai tetapi lebih kecil daripada kuda. Buraq ini mampu melangkah sejauh pandangan mata. Selanjutnya Buraq tersebut membawa Nabi menempuh perjalanan Isra dan Mi’raj bersama Jibril As.

Kita ketahui bersama bahwa Nabi Muhammad melakukan Isra’ terlebih dahulu ke Masjidil Aqsa di Palestina sebelum Mi’raj ke Sidratul Muntaha. Jadi sebelum ke langit terendah itu tentunya telah melakukan perjalanan Isra dulu ke Masjidil Aqsa. Dari beberapa hadits shahih diceritakan bahwa di Masjidil Aqsa beliau shalat dua rakaat, lalu dibawakan oleh Jibril segelas khamr (minuman keras) dan segelas susu lalu Nabi SAW memilih susu. Kata malaikat Jibril, "Engkau dalam kesucian, sekiranya kau pilih khamr, sesatlah ummat engkau."

Kemudian kita lihat sebagian dari hadits riwayat Bukhari hadits nomor 345 dari Anas bin Malik tentang kisah selanjutnya. “….Selanjutnya Ia (Jibril) meraih tanganku (Rasulullah), kemudian membawaku naik ke langit. Ketika aku sampai di langit, Jibril berkata kepada penjaga langit, “ Bukalah.” Penjaga itu lalu bertanya, “ Siapa ini?” Jibril menjawab. “ Ini Jibril ”. Penjaga itu bertanya lagi, “ Apakah engkau bersama seseorang ? ”, Jibril menjawab, “Ya, aku bersama Muhammad SAW.” Penjaga bertanya lagi, “ Apakah ia seorang yang diutus ?” Jibril menjawab “ Benar.’ Ketika dibuka, kami naik ke langit dunia. Di sana ada seorang laki-laki, sementara di samping kanan dan kirinya terdapat sekumpulan orang dari berbagai golongan. Jika laki-laki iitu memandang ke sebelah kanannya ia tertawa, namun ketika memandang ke sebelah kirinya ia menangis. Laki-laki itu berkata, “Selamat datang Nabi yang shalih dan anak yang shaleh.” Aku bertanya kepada Jibril, “Siapa ini?’ Jibril menjawab, “ Ini adalah Adam, adapun orang-orang yang di sebelah kiri dan kanannya adalah kaumnya. Yang di sebelah kanannya adalah ahli surga, sedangkan yang di sebelah kirinya adalah ahli neraka. Jika ia memandang ke sebelah kanannya ia tertawa, tetapi jika ia memandang ke sebelah kirinya ia menangis.” Anas melanjutkan, “ beliau menceritakan, bahwa di langit-langit tersebut, beliau bertemu dengan Adam, idris, Musa, Isa dan Ibrahim AS. Namun demikian beliau tidak menyebutkan tentang kedudukan mereka, hanya saja beliau menyebutkan bahwa beliau bertemu Adam di langit dunia, sedangkan Ibrahim beliau temui di langit keenam.” Anas melanjutkan, “ Ketika Jibril membawa Nabi SAW melewati Idris, Idris berkata “Selamat datang Nabi yang shalih dan saudara yang shaleh.” Aku (Nabi SAW) berkata “Siapa ini?’ Jibril menjawab, “ Ini adalah Idris. Selanjutnya aku melewati Musa, ia berkata “Selamat datang Nabi yang shalih dan saudara yang shaleh.” .” Aku bertanya “Siapa ini?’ Jibril menjawab, “ Ini adalah Musa. Kemudian aku melewati Isa, ia berkata “Selamat datang Nabi yang shalih dan saudara yang shaleh.” .” Aku bertanya “Siapa ini?’ Jibril menjawab, “ Ini adalah Isa. Kemudian aku melewati Ibrahim, ia berkata “Selamat datang Nabi yang shalih dan anak yang shaleh .” Aku bertanya “Siapa ini?’ Jibril menjawab, “ Ini adalah Ibrahim As.

Dari hadits di atas jelaslah bahwa Nabi bersama Jibril As naik ke 7 tingkatan langit, yang mana di setiap tingkat bertemu dengan Nabi-Nabi sebelumnya. Di langit dunia beliau bertemu Adam As, kemudian di langit yang lainnya bertemu Nabi Idris, Musa, Isa dan Ibrahim As. Dalam riwayat yang lain juga didapatkan bahwa beliau juga bertemu dengan Nabi Yahya, Harun dan Yusuf (yang dalam suatu riwayat dikatakan memiliki separuh ketampanan (yaitu dari ketampanan Adam As menurut sebagian ulama tafsir, termasuk di dalamnya Ibnu Katsir rahimahullahu)).

Kisah selanjutnya diriwayatkan dari Ibnu Syihab, ia berkata, “ Ibnu Hazm menceritakan kepadaku, bahwa Ibnu Abbas dan Habbah Al Anshari menyebutkan, Nabi menceritakan , “ Kemudian Jibril membawaku naik, hingga mencapai tingkat dimana aku bisa mendengarkan suara goresan pena-pena.”.

Ibnu Hazm dan Anas bin Malik berkata bahwa , “ Nabi SAW menceritakan, “ Kemudian Allah mewajibkan atas umatku lima puluh shalat. Setelah itu aku kembali dengan membawa perintah tersebut. Ketika aku melewati Musa, Berkatalah Musa berkata kepadaku “ Apa yang diwajibkan Allah kepadamu dan umatmu ?. ” Aku menjawab, “ Allah mewajibkan lima puluh shalat.” Musa berkata lagi, “ kalau begitu , kembalilah kepada Tuhanmu, karena sesungguhnya umatmu tidak akan kuat melaksanakannya. Lalu aku dibawa kembali maka Dia pun membebaskan separuhnya. Lalu aku kembali kepada Musa dan aku katakan , “Allah telah membebaskan separuhnya.” Musa berkata, “ Mohon kembali kepada Tuhanmu, karena sesungguhnya umatmu tidak akan kuat. Lalu aku kembali dan memohon, maka Dia pun membebaskan separuhnya lagi. Setelah itu aku kembali lagi kepada Musa dan Musa berkata, “ Kembalilah kepada Tuhanmu, karena sesungguhnya umatmu tidak akan kuat untuk melaksanakannya. Maka aku kembali dan memohon kepada-Nya, Allah berfirman “Shalat itu lima, dan itu sama dengan lima puluh. Tidak ada firman yang diganti di sisi-Ku.” Setelah itu aku kembali kepada Musa, dan ia berkata, “Mohonlah kepada Tuhanmu.” Lalu aku katakan, “ Aku sudah merasa malu terhadap Tuhanku. Hadits riwayat Ibnu Hazm pada alinea ini begitu terkenal di kalangan kaum muslimin, tetapi hadits ini terputus menurut Al Hafidz Ibnu Hajar karena Ibnu Hazm tidak bertemu langsung dengan dengan perowi sebelumnya yaitu Abu Habbah. Penjelasan ini bisa kita dapatkan pada Ringkasan Shaheh Bukhari karangan Syeikh Nasiruddin Al Albani.

Setelah Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Ibrahim As di langit ketujuh, maka di riwayat yang lain dikatakan bahwa Rasulullah SAW melihat Baitul Ma'mur yaitu tempat 70.000 malaikat shalat setiap harinya, yang mana setiap malaikat sekali memasukinya tak akan keluar lagi dari sana.

Setelah itu Jibril membawa Nabi ke tempat yang lebih tinggi lagi, yaitu ke Sidratul Muntaha. Masih riwayat Anas bin Malik tadi bahwa Nabi di sana melihat tempat itu tertutup warna-warni yang beliau tidak mengetahui warna apa itu. Hadits ini tentunya sangat persis sekali dengan apa yang ada di Surat An Najm di atas, bahkan di sana Nabi melihat Jibril dalam wujud yang sebenarnya.

Ada beberapa hadits yang menceritakan tentang Sidratul Muntaha. Hadits ini salah satunya adalah dari shaheh Bukhari dari Syu’bah dari Qatadah yang berkata bahwa berkata kepadaku Anas bin Malik bahwa Rasulullah SAW bersabda “ Aku naik menuju ke Sidratul Muntaha di langit ketujuh. Ternyata buah pohon bidaranya seperti buah anggur kota Hajar. Daunnya seperti telinga gajah. Dari batangnya mengalir 2 sungai yang kelihatan dan 2 lagi tidak kelihatan. Aku bertanya, “ Wahai Jibril, apa ini ?” Jawab Jibril, “ 2 sungai yang tidak terlihat adalah di surga dan 2 sungai yang kelihatan adalah Nil dan Eufrat ”. Mungkin di sinilah Rasulullah SAW mendengar goresan pena-pena seperti hadits di atas tadi.

Selain itu, ada lagi hadits masih riwayat dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda “ Aku masuk ke dalam surga, ternyata 2 tepinya adalah kemah dari mutiara (riwayat lain mutiara yang berlubang). Aku celupkan tanganku di airnya ternyata aku mencium aroma kesturi yang harum mewangi. Lalu aku bertanya, “ Untuk siapa sungai ini wahai Jibril ? ” Jibril berkata “ Inilah Al Kautsar yang diberikan Tuhanmu kepadamu”.

Setelah itu Jibril membawa Nabi masuk ke dalam surga, yang beliau katakan memiliki tali-tali dari mutiara, sedangkan debunya (tanahnya) adalah kasturi. Banyak hal tentunya yang beliau lihat di sana, termasuk di dalamnya sebuah istana dari emas. Hadits ini riwayat Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda “ Aku masuk ke dalam surga dan ternyata di dalamnya terdapat istana dari emas. Aku bertanya, “ Milik siapa istana ini ? “ Para malaikat berkata, “Milik anak muda dari Quraish.“ Aku pun mengira bahwa akulah pemuda tersebut. Aku bertanya “Siapa anak muda tersebut ?” Mereka menjawab, “ Dia adalah Umar bin Khatab.” Kemudian aku mendatangi istana yang terbuat dari emas.” Selain itu masih ada kisah-kisah lainnya termasuk di dalamnya Nabi melihat istana dari mutiara yang diperuntukkan untuk Ibrahim Khalilullah. Selain mengunjungi surga, Rasulullah juga melihat neraka dan berbagai macam siksaan yang ada di dalamnya.

Puncak dari seluruh perjalanan yang luar biasa ini adalah Nabi diperintahkan untuk mengerjakan shalat wajib 5 waktu begitu pula dengan umatnya. Di sinilah perintah itu turun, langsung terjadi dialog antara Allah SWT dengan hambanya, Muhammad SAW tanpa melalui perantara Jibril. Hal ini seperti yang terjadi pada Musa As ketika bedialog langsung dengan Allah di bukit Thua. Hanya saja Rasulullah ini langsung berdialog di Sidratul Muntaha, tempat yang belum pernah dikunjungi oleh manusia manapun sebelum dan sesudahnya.

Peristiwa ini sangatlah luar biasa dan tidak mampu dijangkau pikiran manusia baik di zaman dulu mapun di zaman sekarang ini. Teknologi manusia saat ini masih sangat terbatas, pesawat tercepat saja hanya mampu bergerak dalam beberapa kali kecepatan bunyi (340 m/detik) dan masih belum mencapai kecepatan cahaya (300.000 km/detik), apalagi harus menjangkau kecepatan yang lebih dari itu. Kita ketahui bersama bahwa di Surat Al Isra ayat 1 itu bahwa Allah menjalankan Nabi hanya dalam satu malam, yang pasti pada malam itu Nabi berangkat tanpa ada seorang pun yang mengetahuinya, begitu pun saat kembalinya. Dari sini dapat dianalisa bahwa perjalanan ini kemungkinan besar terjadi pada saat manusia sedang tertidur lelap di malam hari, bisa jadi di tengah malam dan kembali pada saat mereka masih belum lagi terbangun karena masih malam dan belum terbit fajar. Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa mungkin saja perjalanan itu hanya memakan waktu 1 hingga 3 jam saja menurut perhitungan kita di bumi.

Sebenarnya berapakah ketinggian langit itu sampai-sampai Rasulullah SAW hanya membutuhkan waktu yang singkat untuk menjangkaunya dan kembali lagi ke dunia ?. Hanya Allah saja yang mengetahui secara pasti berapa jauh Sidratul Muntaha itu dari bumi, tetapi Allah telah mengabarkan kepada kita tentang perkiraannya, yaitu terdapat di surat Al Ma’arij ayat 4 seperti yang telah kami terangkan pada bab sebelumnya. Ayat itu berbunyi “ Malaikat - malaikat dan Jibril naik ( menghadap ) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu (50.000) tahun.” Dengan kadar 1 hari menurut perhitungan kita saja bahkan mereka sudah sampai kepada Allah, sedangkan kita membutuhkan waktu 50.000 tahun atau mungkin lebih daripada itu, karena angka ini belum tentu adalah angka eksak, tetapi hanya Allah sajalah yang mengetahui takwilnya dengan pasti. Sebagai informasi tambahan, diameter galaksi bima sakti yang ditempati oleh bumi ini menurut ilmuwan kosmologi sekitar 9,46 x 10 pangkat 20 meter atau apabila cahaya melalui ujung satu ke ujung lainnya akan memakan waktu 100.000 tahun, lalu bagaimana pula dengan ketinggian langit?. Dari perkiraan ini kemungkinan besar para malaikat bergerak dengan kecepatan yang jauh lebih besar daripada kecepatan cahaya.

Pada malam Isra dan Mi’raj dimana Rasulullah SAW mengendarai Buraq dan didampingi oleh Jibril As kecepatan ini kemungkinan bahkan lebih cepat beberapa kali lipat daripada kecepatan malaikat pendamping dan Jibril seperti di Surat Al Ma’arij ayat 4 di atas. Hal ini tentunya atas kuasa Allahlah yang telah memperjalankan mereka dengan begitu cepatnya, bahkan Jibril pun mampu bergerak lebih cepat daripada sebelumnya. Dengan perlindungan-Nya pulalah maka Rasulullah SAW tidak merasakan apapun yang berbeda dari tubuhnya walaupun harus bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi itu. Allah dengan ilmu-Nya telah mempersiapkan segala sesuatunya agar tetap bisa berjalan normal dengan kondisi Nabi utuh jasad dan ruhnya. Maha Besar Allah yang memiliki semua kekuatan dan ilmu.

Bagaimana sebenarnya hakekat gerakan dalam kisah perjalanan panjang ini ?. Mengapa Rasulullah SAW tidak menceritakan apa sebenarnya yang ada di antara masing-masing langit ?. Apakah beliau melihat galaksi-galaksi, bintang-bintang dan planet bumi ?. Ternyata semua itu tidak ada yang menceritakannya di hadits manapun, bahkan Nabi dari Masjidil Aqsa langsung ke langit pertama, dari langit pertama langsung ke langit kedua dst. Kalau dianalisa lebih lanjut seakan-akan perjalanan ini bukanlah seperti jika kita naik pesawat udara yang dapat melihat dengan jelas apa yang ada di luar jendela. Perjalanan Mi’raj ini seperti sebuah lompatan kuantum, yaitu seperti loncatan elektron tereksitasi yang berpindah dari satu orbit ke orbit yang lainnya di dalam atom. Seakan-akan mereka langsung berpindah dari satu langit ke langit yang lainnya dengan secepat kilat, seperti elektron tereksitasi yang bergerak dengan kecepatan cahaya di dalam atom, padahal jarak antara orbit satu ke orbit lainnya sangat dekat, yaitu dalam ukuran angstrom (10 pangkat -10 meter). Jarak antara langit satu ke langit yang lainnya pastilah sangat jauh, tetapi ini dapat dilakukan oleh Nabi yang menunggangi Buraq beserta Jibril hanya dalam sekejap mata, maka bisa diperkirakan bahwa mereka bergerak lebih cepat daripada cahaya yang diketahui oleh manusia saat ini. Hal ini sangatlah bisa dipahami karena seperti yang terdapat di surat Al Isra ayat 1 bahwa Allah lah yang telah memperjalankan mereka dengan kekuatan-Nya.

Pada perjalanan Isra dari Mekah ke Palestina dalam suatu hadits dikisahkan bahwa Rasulullah SAW melihat rombongan kafilah dagang dari Syam menuju ke Mekah. Kisah itu juga dibenarkan oleh mereka bahwa unta-unta mereka sangat ketakutan ketika melihat sesuatu di langit pada suatu malam. Kemungkinan perjalanan Isra ini tidaklah secepat perjalanan Mi’raj karena sebab-sebab tertentu yang hanya Allah sajalah yang mengetahui kemaslahatannya.

Rumusan Einstein hanya membatasi diri pada kecepatan di bawah kecepatan cahaya yaitu pada postulat pertamanya (lihat bab II). Ini menjadi pondasi dari rumusan teori relativitasnya, karena ilmu pengetahuan sekarang pun masih belum menemukan kecepatan yang lebih tinggi daripada kecepatan cahaya. Jika rumusan ini kita masukkan data kecepatan gerakan melewati kecepatan cahaya, maka sudah tidak dapat didefinisikan lagi. Rumusan Einstein ternyata juga memiliki kelemahan, yaitu tidak dapat menghitung kejadian pada gerakan di luar kecepatan cahaya. Tetapi rumusan ini masih sangat relevan untuk menghitung kejadian-kejadian di alam semesta yang memiliki gerakan cepat mendekati kecepatan cahaya, seperti partikel-partikel sub atomik, benda-benda langit dsb. Hal ini sama halnya seperti rumus hukum gerak Newton yang juga ternyata tidak relevan untuk benda-benda yang bergerak dengan kecepatan tinggi dan sangat masif, tetapi masih sangat relevan untuk menghitung gerakan kita di bumi ini. Einstein pun ternyata juga menyadari akan kelemahannya, sehingga dia pernah berkata “ Alam tidak pernah berkata “Ya” pada suatu teori, paling jauh dia akan mengatakan “Mungkin” dan paling sering mengatakan “Tidak”.”

Lebih jauh lagi, selain karena perjalanan yang ditempuh oleh Nabi dan Jibril sangat cepat melebihi kecepatan cahaya, dimensi ruang dan waktu yang telah dilewatinya pun pastilah berbeda dengan yang kita ketahui saat ini. Oleh karena itulah peristiwa Isra dan Mi’raj ini tidak mungkin ditinjau dengan ilmu fisika apa pun sampai sekarang, maka hanya imanlah yang membenarkannya berdasarkan dalil Al Qur’an dan Hadits.
Rasulullah SAW telah melewati batas dimensi ruang dan waktu yang tidak pernah dilakukan oleh manusia mana pun sebelum dan sesudahnya sebagai kemuliaan dari Allah kepadanya. Semoga shalawat dan salam selalu terlimpahkan kepada junjungan kita ini sampai akhir zaman.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

2 komentar:

  1. Bonus Setiap hari FIFAPOKER Daftar dan klaim sekarang juga jangan sampai ketinggalan BBM : 7B3130BF FIFAPOKER

    BalasHapus
  2. Selamat Datang di FIFAPOKER arena permainan kartu bandar poker domino ceme keliling dan qiuqiu terbaik dan terbesar di indonesia.
    banyak penawaran promo lainnya.. dan silahkan add pin bbm kami :7B3130BF ya Bos..

    BalasHapus

Item Reviewed: KISAH AJAIB NABI MUHAMMAD MENEMBUS RUANG DAN WAKTU Rating: 5 Reviewed By: Muslimina