“Misi utama kita bukanlah menjadikan kaum Muslimin beralih agama menjadi orang Kristen atau Yahudi, tapi cukuplah dengan menjauhkan mereka dari Islam… Kita jadikan mereka sebagai generasi muda Islam yang jauh dari Islam, malas bekerja keras, suka berfoya-foya, senang dengan segala kemaksiatan, memburu kenikmatan hidup, dan orientasi hidupnya semata-mata untuk memuaskan hawa nafsunya...”
(Samuel Zwemmer, Ketua Liga Yahudi Internasional, dalam Konferensi Missi di Yerusalem, 1935)
Sejarah dan Makna Valentine’s Day Sebenarnya
Dalam bahasa Inggris, “Kasih Sayang” ditulis sebagai “Affection”, bukan “Love”. Ada perbedaan mendasar antara istilah Affection dengan Love. Yang pertama lebih dekat dengan perasaan atau curahan hati, bersifat kejiwaan yang halus dan indah, sedang yang kedua, “Love”, lebih dekat dengan tindakan yang mengarah kepada kegiatan atau aktivitas seksual. Mungkin sebab itu, hubungan seksual disebut sebagai “Making Love”.
Nah, terkait dengan pemahaman tersebut, Valentine’s Day sesungguhnya tidak tepat jika diartikan sebagai “Hari Kasih Sayang”. Karena peristiwa yang terjadi berabad tahun silam, yang kini diperingati sebagai Hari Valentine, berawal dari suatu peristiwa yang lebih tepat disebut sebagai pesta kemaksiatan (Making Love Party) ketimbang Pesta Kasih Sayang. Peristiwa tersebut merupakan suatu ritual bagi bangsa Pagan Roma yang dinamakan Lupercalian Festival.
Dalam kepercayaan Pagan Roma, bulan Februari dianggap sebagai bulan penuh “cinta” (Love, bukan affection) dan bulan kesuburan (masa birahi atau syahwat). Lupercalian Atau Lupercus sendiri merupakan nama Dewa Kesuburan (Dewa Pertanian dan Gembala), yang dipercaya berwujud seorang lelaki perkasa dan berpakaian setengah telanjang dengan hanya menutupi tubuhnya dengan kulit kambing.
Mitologi mengenai Lupercus terkait erat dengan kisah Remus dan Romulus yang tinggal di bukit Palatine dan diyakini kisahnya mengawali pembangunan Kota Roma. Selain Roma, kepercayaan Pagan Yunani Kuno juga meyakini bulan Februari, tepatnya pertengahan Januari dan mencapai puncaknya pada pertengahan Februari merupakan bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada perkawinan suci Dewa Zeus dan Hera. Baik kepercayaan Pagan Roma maupun Pagan Yunani, keduanya meyakini bahwa Februari merupakan bulan penuh gairah dan cinta (syahwat).
Di festival ini, disebut Lupercalia, laki-laki muda setengah-telanjang berlari mengitari Palatine Hill dan Roma, dan mencambuk pemudi dengan carik kulit dari seekor kambing yang dibunuh secara kejam. |
Simbolisme merupakan bahasa universal yang telah dipergunakan umat manusia jauh sebelum mengenal peradaban seperti sekarang ini. Simbol merepresentasikan esensi. Sebab itu, bagi kalangan yang memahami tentang arti dan hakikat simbol, maka keduanya, simbol dan hakikat, bisa diartikan sebagai satu kesatuan.
Bangsa-bangsa kuno yang masih menganut paganisme (penyembah berhala) sangat gemar kepada bahasa simbol. Pun saat agama-agama langit telah diturunkan, maka bahasa simbol tetap dipergunakan, bahkan beberapa di antaranya diadopsi ke dalam ritual-ritual keagamaan masing-masing.
Hari Valentine pun tidak terlepas dari simbol. Ada simbol-simbol yang
sesungguhnya tidak memiliki arti sedikit pun dan cuma sekadar mitos,
namun ada pula simbol-simbol yang memiliki arti penting secara
intrinsic, namun diselewengkan maknanya di dalam ritual Valentine ini.
Agar kita mengetahui lebih jauh tentang simbol-simbol seputar perayaan
Hari Valentine, maka di bawah ini akan dipaparkan secara garis besar
tentang simbol-simbol seputar Valentine’s Day.
Inilah di antaranya:
Hati (Heart)
Hati merupakan simbol valentine yang paling umum digunakan dan telah ada
semenjak masa-masa awal perayaan hari valentine. Menurut mitologi
paganisme kuno, hati adalah sumber dari berbagai macam emosi atau
perasaan. Lalu simbol hati ini kemudian dikaitkan hanya dengan emosi
cinta. Dalam mitologi Valentines Days, simbol hati merupakan
pengejawantahan dari Cupido atau Cupid, Sang Dewa Cinta anak Dari Dewi
Cinta Venus. Dewa ini sangat diagungkan oleh Barat, walaupun dia
melakukan inses, yakni melakukan persetubuhan dengan ibunya sendiri.
Mawar Merah (Red Roses)
Bunga mawar merah juga menjadi simbol yang lazim pada hari valentine.
Bunga mawar merah ini diyakini sebagai bunga Dewi Venus, Dewi cinta
Romawi. Warna merah juga diyakini sebagai bentuk gelora cinta dan
perasaan yang kuat dalam hal tersebut.
Bagi masyarakat Barat, memberikan bunga kepada orang lain, terutama pada
acara-acara khusus, adalah sesuatu hal yang sangat manis dan romantis.
Mereka juga memiliki keyakinan terhadap jumlah bunga yang diberikan
seseorang terhadap dirinya. Secara umum, tidak hanya bunga mawar, jumlah
tangkai bunga yang diberikan ke atau dari seseorang di Barat memiliki
arti sebagai berikut :
- 1 tangkai bunga berarti memikirkan
- 3 tangkai bunga berarti menghormati
- 5 tangkai bunga berarti tertarik
- 7 tangkai bunga berarti mencintai
Sedangkan bunga mawar, apabila diberikan atau memberikan kepada
seseorang, dalam kepercayaan paganisme yang diadopsi oleh Barat,
memiliki makna tersendiri, yakni :
- 1 tangkai mawar berarti cintaku hanya untukmu
- 6 tangkai mawar berarti aku cinta kamu
- 12 tangkai mawar berarti aku sangat cinta kamu
- 36 tangkai mawar berarti selalu romantis berada di dekatmu
- 99 tangkai mawar berarti "I love U forever"
- 144 tangkai mawar berarti "Do You Married Me?"
- 365 tangkai mawar berarti Aku selalu memikirkan & mengasihimu sepanjang tahun
Sedangkan warna bunga mawar pun memiliki arti :
- merah menyala berarti "Aku Cinta Kamu"
- merah maroon berarti "Kamu cantik sekali"
- merah muda berarti "Kelembutan"
- salem berarti "Antusias"
- ungu berarti "cinta pada pandangan pertama"
- kuning berarti "Gembira"
- putih berarti "tulus dan suci"
- pastel berarti "persahabatan"
Selain makna kuntum diatas, adapula kepercayaan lainnya terkait jumlah kuntum bunga mawar dalam satu ikat, yaitu :
- Satu-satunya
- Dunia untuk berdua
- Aku cinta kepadamu
- Perjanjian sehidup semati
- Tanpa sesal
- Sesuai kemampuan
- Melambangkan doa tanpa batas
- Mohon maafkan aku
- Seumur hidup
- Sempurna
- Sepenuh hati
- Hati bertemu hati
Kain Renda
Selain hati dan bunga mawar merah, kain renda juga tidak jarang juga
digunakan sebagai simbol Valentine. Dahulu, renda biasanya dipakai untuk
membuat saputangan para perempuan dan hiasan kepala dan juga pakaian.
Ratusan tahun lalu, jika seorang perempuan menjatuhkan saputangannya,
seorang pria akan mengambilkan untuknya.
Kadang kala, jika seorang perempuan melihat pria yang menarik, ia akan dengan sengaja menjatuhkan saputangannya. Berangkat dari sinilah maka orang–orang Barat menyatakan ada sisi keromantisan jika mereka melihat renda.
Semoga bermanfaat :)
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertangggungjawaban.”
(QS. Al Isra’ : 36)
“Wahai generasi muda! Bila diantaramu sudah mampu menikah hendaklah ia nikah, karena mata akan lebih terjaga, kemaluan akan lebih terpelihara”
(HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud)
Semoga bermanfaat :)
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertangggungjawaban.”
(QS. Al Isra’ : 36)
“Wahai generasi muda! Bila diantaramu sudah mampu menikah hendaklah ia nikah, karena mata akan lebih terjaga, kemaluan akan lebih terpelihara”
(HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud)
0 komentar:
Posting Komentar