Rasulullah SAW bersabda:
حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الدَّارِمِيُّ أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ حَسَّانَ أَخْبَرَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نِعْمَ الْأُدُمُ أَوْ الْإِدَامُ الْخَلُّ
“Telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Abdurrahman Ad Darimi, telah mengabarkan kepadaku Yahya bin Hassan telah mengabarkan kepada kami Sulaiman bin Bilal dari Hisyam bin ‘Urwah dari Bapaknya dari Aisyah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Sebaik-baik lauk pauk adalah cuka.” (HR. Muslim, No: 3823).
Hadits yang serupa:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَلَ أَهْلَهُ الْأُدُمَ فَقَالُوا مَا عِنْدَنَا إِلَّا خَلٌّ فَدَعَا بِهِ فَجَعَلَ يَأْكُلُ بِهِ وَيَقُولُ نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ
“Dari Jabir bin Abdullah menceritakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta lauk kepada istrinya-istrinya, lalu mereka menjawab: “Kita tidak punya apa-apa selain cuka.” Beliau menyuruh diambilkan (cuka itu), lalu beliau makan dengan cuka tersebut sambil bersabda: ‘Sebaik-baik lauk adalah cuka, sebaik-baik lauk adalah cuka’.” (HR. Muslim).
Benarkah sebaik-baik lauk adalah cuka?
Tentu saja tidak, karena di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada makanan lain yang lebih enak, seperti daging, roti, keju, dsb. Tapi mengapa Nabi mengatakan sebaik-baik lauk adalah cuka?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan demikian untuk menjaga perasaan istrinya. Perhatikan kembali hadits tersebut. Para istri beliau sebelumnya berkata : “Kita tidak punya apa-apa selain cuka”. Maka Rasulullah berusaha menjaga perasaan mereka dengan memuji makanan yang ada, walaupun yang tersedia hanyalah cuka !
Secara ilmiah, cuka terbukti memiliki banyak sekali manfaat. Sesendok cuka dapat mengurangi lemak bila dicampur dengan kuah salathoh (sejenis lalap yang biasa dimakan dengan roti), lalu disantap dengan roti. Dengan cara seperti itu cukup dapat menghilangkan lemak. Hal ini dapat terjadi karena cuka merupakan asam asetat yang berhubungan dengan protein, lemak dan karbohidrat, atau yang biasa disebut dengan asetoasetat (acetoacetate).
Artinya, mengkonsumsi cuka secara teratur di dalam makanan atau salathoh, atau memasukkan cuka dengan ukuran satu sendok the (terutama cuka apel) ke dalam secangkir air dapat berkhasiat menjaga kadar lemak tubuh. Disamping itu, cuka juga dapat mengurangi potensi aterosklerosis (penimbun zat lemak di dalam dan dibawah lapisan intima dinding pembuluh nadi), karena cuka mampu mengubah zat dari pembuluh darah menjadi senyawa sederhana (nonkompleks), yakni asetoasetat yang masuk kedalam komposisi nutrisi.
Ada bukti yang kuat bahwa Rasulullah SAW sering mengkonsumsi cuka dengan minyak zaitun. Pada masa paceklik, sahabat, Umar ibnu Khottob r.a. hanya mengkonsumsi minyak zaitun dan cuka, dan tidak makan daging, kecuali setelah orang-orang miskin bisa makan daging.
Cuka apel merupakan cuka yang paling baik, karena disamping asam asetat sebagai bahan utamanya, cuka juga mengandung sujumlah asam organic yang biasa diperlukan tubuh dalam makanan yang sehat. Perlu diketahui juga bahwa cuka jenis ini memiliki berbagai kandungan unsur mineral yang juga diperlukan tubuh.
Di dalam buku tentang pengobatan tradisional karya Garvies disebutkan bahwa cuka dapat membersihkan kandung kemih. Disebutkan bahwa dengan mengonsumsi cuka dapat membersihkan nanah yang terdapat dalam saluran kencing. (Alkuin/Sidiq/BaitulMaqdis.com)
Sumber : Buku Ensiklopedi Mukjizat Al-Qur’an dan Hadis, Jilid 6
0 komentar:
Posting Komentar