Kawanan belalang berbondong-bondong menyerang wilayah Arab dari Mauritania melalui Oman. Kita tahu betul bagaimana sepak terjang kawanan yang mengkhawatirkan ini. Kecemasan pun menyelimuti para petani dan ahli pertanian. Kita melihat bagaimana ia mampu mengobrak-abrik stiap dedaunan hijau yang ada dihadapannya. Kita juga melihat bahwa belalang ini berjalan dengan keteraturan yang mengagumkan. Padahal sebagaimana kita tahu bahwa jenis serangga ini memiliki bagian otot yang sederhana, terdiri dari beberapa ikatan otot pokok..
Dari sini, seseorang akan berdecak kagum melihat pengaturan yang luar biasa pada kawanan serangga ini. Fenomena ini harus kita cermati dari bebagai sudut pandang ilmiah dan aqidah, tidak hanya terbatas pada uraian sekuler semata.
Sebagaimana diketahui bahwa belalang dapat terbang untuk jarak tempuh yang jauh. Kadang-kadang seekor belalang terpisah dengan kawanannya sejauh 100 km dalam satu hari. Ia makan setiap harinya dua kali lipat dari beratnya. Kawanannya mencangkup jutaan belalang dan berpisah-pisah sejauh 350 km pada setiap bulannya. Dengan kekuatan tulang yang dimilikinya, ia mampu mengepakkan sayapnya selama enam belas jam dalam sehari.
Kawanan belalang yang terbang di udara menyengaja untuk berhenti pada malam hari pada tumbuh-tumbuhan yang ranum. Mereka bertengger di pohon-pohon kayu untuk berteduh sambil mengumpulkan cadangan makanan yang akan membantunya mengawali aktivitas di pagi hari. Oleh karena itu, menurut para ahli ilmu serangga, waktu yang tepat untuk membasmi kawanan belalang adalah setelah matahari terbenam.
Pada pagi hari, saat matahari mulai memancarkan cahayanya, masing-masing kawanan belalang yang bertengger di pepohonan merasakan hawa hangat. Mereka pun langsung menggerakkan sayap-sayapnya kemudian terbang menempuh jarak tertentu di sekitar wilayah penyebarannya. Ketika hawa panas bertambah, belalang-belalang ini mengayuh arah terbangnya ke tempat yang lebih tinggi. Dengan begitu, belalang-belalang tersebut mulai membentuk kawanan untuk terbang tinggi di wilayah penyebaran mereka.
Ketika beberapa personil kawanan mereka ada yang bertahan untuk bertengger, maka inilah akhir dari sebuah kawanan. Sebuah kawanan tidak akan diakhiri (dengan berpisah-pisah) kecuali setelah mereka menemukan arah terbangnya. Demikianlah sebuah kawanan terbang itu dimulai sebelum nantinya diakhiri dengan bercerai-berai. Setelah suhu panas di sebuah tempat sampai pada derajat yang paling tinggi (23-40¬0C), kawanan belalang terbang tinggi di udara dengan sempurna.
Pembagian personel dalam satu kawanan berbeda-beda dari satu tempat ke tempat yang lain. Kita menemukan kaki-kaki dari personel kawanan belalang itu tertata rapi, gerakan langkahnya sama, dengan semua kepala menghadap ke depan. Kita juga menemukan pembagian di tengah kawanan tersebut dilakukan secara acak. Dari pembagian atau penyebaran secara acak tersebut menjadikan arah angina yang berlawanan bertambah kencang menerpa kawanan ini.
Anehnya, kawanan belalang ini memiliki sebuah indicator, yaitu saat mereka merasa personel paling belakangnya telah tertinggal jauh dari personel paling depan, barisan kawanan pun semrawut dan para anggotanya bercerai-berai, maka barisan paling depan akan memperlambat gerakannya, sehingga mereka yang berada di belakang dapat menyusulnya untuk bergabung kembali ke dalam barisan. Dengan begitu kawanan belalang ini selalu dapat menjaga stabilitas bentuknya. Tidak mungkin ada seekor belalang kabur dari kawanan ini dan keluar jauh dari bentuk barisan untuk terbang bebas. Seandainya itu terjadi, maka ia akan segera bergabung untuk kedua kalinya dalam kelompoknya.
Demikianlah, kita ketahui bersama bagaimana belalang yang tidak berakal ini dapat berkerumun, mengarahkan tempat dan lalu perjalanannya dengan cara yang mencengangkan. Bagaimana rasa cemas menyelimuti hati manusia saat kawanan belalang itu ada. Karenanya, tepat sekali firman Allah SWT sebagai berikut:
فَأَرسَلنا عَلَيهِمُ الطّوفانَ وَالجَرادَ وَالقُمَّلَ وَالضَّفادِعَ وَالدَّمَ ءايٰتٍ مُفَصَّلٰتٍ فَاستَكبَروا وَكانوا قَومًا مُجرِمينَ ﴿١٣٣﴾ وَلَمّا وَقَعَ عَلَيهِمُ الرِّجزُ قالوا يٰموسَى ادعُ لَنا رَبَّكَ بِما عَهِدَ عِندَكَ ۖ لَئِن كَشَفتَ عَنَّا الرِّجزَ لَنُؤمِنَنَّ لَكَ وَلَنُرسِلَنَّ مَعَكَ بَنى إِسرٰءيلَ﴿١٣٤﴾ فَلَمّا كَشَفنا عَنهُمُ الرِّجزَ إِلىٰ أَجَلٍ هُم بٰلِغوهُ إِذا هُم يَنكُثونَ﴿١٣٥﴾ فَانتَقَمنا مِنهُم فَأَغرَقنٰهُم فِى اليَمِّ بِأَنَّهُم كَذَّبوا بِـٔايٰتِنا وَكانوا عَنها غٰفِلينَ ﴿١٣٦﴾
“Kami pun menghantarkan kepada mereka taufan, dan belalang, dan kutu, dan katak, dan darah, sebagai tanda-tanda dan bukti yang jelas nyata, maka mereka juga tetap berlaku sombong takabur dan menjadi kaum yang mendurhaka. Dan apabila azab yang tersebut itu menimpa mereka, mereka (merayu dengan) berkata: “Wahai Musa! Pohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami dengan (kehormatan) pangkat Nabi yang diberikanNya kepadamu (yang menjadikan permohonanmu sentiasa makbul). Sesungguhnya jika engkau hapuskan azab itu daripada kami, tentulah kami akan beriman kepadamu, dan sudah tentu kami akan membebaskan kaum Bani Israil (pergi) bersamamu”. Setelah Kami hapuskan azab itu dari mereka, hingga ke suatu masa yang tertentu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mencabuli janjinya. Maka Kami pun membalas mereka, lalu Kami menenggelamkan mereka di laut dengan sebab mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka sentiasa lalai daripadanya. (QS. Al-A’raf [7]: 133-136).
Apakah ayat-ayat tentang kawanan belalang yang menyerbu wilayah Arab setiap saat itu perlu dicela? Atau, kita memahami segala fenomena yang ada dengan paradigma sekuler dan mendustakan perkara-perkara yang abstrak sambil menunggu prahara dan adzab itu tiba?
Sebagian orang berpandapat bahwa pesawat terbang dan racun pembasmi mampu menghalau kawanan belalang. Orang seperti itu tidak berfikir panjang berapa banyak racun pembasmi serangga yang harus dikeluarkan dan dampaknya pada kerusakan tanaman dan lingkungan sebab racun tersebut. Racun pembasmi yang mematikan itu akan membuat punahnya siklus kehidupan dan rusaknya rantai makanan. Dengan begitu, ekosistem lingkungan menjadi rusak dan sulit untuk diperbaiki kembali. (Alquin/Sidiq/Baitulmaqdis.com)
0 komentar:
Posting Komentar