Kaum Yahudi di Israel terus menerus meneror warga Palestina. Apa yang membuat Yahudi berkeras ingin mengu-asai tanah Palestina secara keseluruhan walau fakta sejarah membuktikan bahwa tanah tersebut adalah milik Muslim?
Apa penyebab utama Yahudi ingin menguasai Palestina?
Yerusalem dalam Taurat
Hubungan antara Yahudi dan Yerusalem bisa dilihat di Bibel Perjanjian Lama. Menurut pandangan Yahudi, daerah yang paling suci adalah Mount Moriah (Gunung Moriah), yang kemudian dikenal dengan Temple Mount (Kuil Gunung). Area ini yang mereka klaim sekarang terletak di bawah bangunan milik Muslim, the Dome Of the Rock atau Kubbah As-Sakhra.
Dalam Perjanjian Lama (Taurat), Yerusalem mempunyai banyak nama, Salem (Shalem), Moriah, Jebuse (Yevuse), Jerusalem (Yerushalayim), and Zion (Tzi-yon). Dan terbanyak yang disebutkan dalam Perjanjian Lama adalah Yerushala-yim, yang disebutkan sebanyak 349 kali, sementara Tziyon disebutkan sebanyak 108 kali.
Menurut kepercayaan Kabbalah, suatu tradisi mistis Yahudi, batu dari Gunung Moriah yang kenal sebagai “Even Shtiyah”- the Drinking Stone (batu yang sedang minum), adalah pusat dari alam semesta, tempat di mana dunia terairi secara spiritual.
Kisah-kisah dalam Bibel yang ber-hubungan dengan Gunung Moriah sangat banyak, antara lain adalah: Ketika Ishak pergi ke sebuah lapangan ia bertemu Ribka untuk pertama kalinya (Kitab Kejadian 24:63-67), dia berdiri di gunung Moriah (Yerusalem). Mimpi Jakub naik ke surga melihat para malaikat turun tangga (Kejadian 28:10-22), juga terjadi di tempat ini, gunung Moriah (Yerusalem).
Mitos Yerusalem Dipegang Kuat
Keyakinan ini masih hidup, sangat dipercayai oleh orang Yahudi sekarang. Ini tampak dalam ritual-ritual mereka. Contoh: Ketika seorang Yahudi berdoa 3 kali sehari, mereka selalu menghadap Yerusalem. Jika sedang berada di Yerusalem, maka mereka berdoa menghadap Temple Mount. Yerusalem disebutkan berkali-kali dalam doa keseharian Yahudi dan dalam doa terima kasih setelah makan.
Orang Yahudi menutup Passover Seder, yakni acara makan dalam hari suci Yahudi, selalu dengan kalimat “Next Year in Jerusalem.” Satu kalimat yang mengung-kapkan cita-cita mereka untuk menduduki Yerusalem. Hari berduka cita/berkabung Yahudi, Tisha B’Av, memperingati perusakan Kuil yang pertama dan kedua.
Ketika dalam acara pernikahan Yahudi, pengantin memecahkan sebuah gelas sebagai tanda mengingat kedukaan terhadap perusakan kedua kuil yang berdiri di Gunung Moriah.
Menyambut kedatangan Al masih (dalam Islam yang menyandang gelar Al masih hanya 2 Nabi Isa As dan Dajjal)
Dan orang Yahudi yang beriman selalu menyisakan tempat kecil pada dinding rumah mereka tanpa diplester tanpa dicat. Ini sebagai tanda kedukaan perusakan Kuil. Dalam keyakinan Yudaisme, yang sesungguhnya telah bergeser jauh dari Taurat yang dibawa oleh Musa as, bangsa Yahudi yakin bahwa kelak seorang Al Masih (Dajjal) akan datang mengangkat derajat dan kedudukan bangsa Yahudi menjadi pemimpin dunia. Kehadiran Al masih (Dajjal) inilah yang menjadi inti dari semangat kaum Yahudi untuk memenuhi Tanah Palestina.
Bagi zionis Yahudi, mereka menganggap Kuil Sulaiman harus sudah berdiri untuk menyambut kedatangan Al masih ( Dajjal) yang akan bertahta di atas singgasananya yang pada akhirnya diperuntukkan bagi pusat pemerintahan dunia (One World Order).
Ada satu syarat lagi menjelang hadirnya Al masih ( Dajjal ), yakni mereka harus menemukan dan menyembelih serta membakar seekor sapi betina berbulu merah berusia tiga tahun dan belum pernah melahirkan anak. Untuk yang satu ini pun kaum Zionis telah mempersiapkannya. Melalui suatu proses rekayasa genetika, di tahun 1997, mereka telah mendapatkan seekor sapi dengan ciri-ciri tersebut.
Hanya saja, mereka terbentur satu persyaratan lagi, yakni penyembelihan dan pembakaran sapi merah ini harus dilakukan di atas kaki Bukit Zaitun. Masalahnya saat ini bukit Zaitun masih berada di tangan bangsa Palestina. Sebab itu, kaum Zionis
mempersiapkannya. Melalui suatu proses rekayasa genetika, di tahun 1997, mereka telah mendapatkan seekor sapi dengan ciri-ciri tersebut.
Hanya saja, mereka terbentur satu persyaratan lagi, yakni penyembelihan dan pembakaran sapi merah ini harus dilakukan di atas kaki Bukit Zaitun. Masalahnya saat ini bukit Zaitun masih berada di tangan bangsa Palestina. Sebab itu, kaum Zionis selalu berupaya tanpa lelah mengusir orang-orang Palestina dari wilayah ini.
Membangun Haikal Sulaiman
Para ahli arkeologi sepakat, ibukota Kanaan dan ibukota kerajaan Daud as berlokasi di tempat yang sekarang ini adalah kampung Arab, Silwan, beberapa kilometer sebelah selatan tembok ”baru” dari Kota Tua.
Kuil Sulaiman (Haikal Sulaiman) juga dikenal sebagai Beit HaMikdash (Kuil yang Suci). Pemilihan lokasi kuil ini dahulu dilakukan oleh Nabi Daud as yang saat itu beliau menunjuk puncak gunung Moriah (II Samuel 24:18-25). Kitab 1 Raja-raja 6-8 menggambarkan dengan detail bagaima-na anak Daud as, Raja Sulaiman, memba-ngun dan meresmikan Kuil. Walaupun hingga kini belum ada kejelasan pasti di mana lokasi Haikal Sulaiman berada, tapi sementara semua pakar arkeologi setuju bahwa bangunan itu berdiri di atas Gunung Moriah. Yahudi mengklaim di Al-Aqsa. Padahal tidak ada yang tahu pasti.
Itulah beberapa mitos yang dipegang kuat oleh Yahudi. Zionisme bukan sekadar gerakan ‘religion’, tapi sebuah gerakan makar besar untuk menguasai dunia dalam satu tatanan, The New World Order, Novus Ordo Seclorum. Sebuah sistem dunia yang menghamba pada DAJJAL
NAUDZUNILLAH MIN ZAALIK
0 komentar:
Posting Komentar