Ir. Rony Ardiansyah, MT, IP-U.
Peminat Sains Qur’an & Sunah/Dosen Pasca Sarjana Magister Teknik Sipil UIR
Semut merupakan serangga sosial yang memiliki naluri progresif, bisa ditemukan di setiap tempat dan waktu. Spesies semut mencapai lebih dari sembilan ribu macam. Sebagian spesies hidup secara menetap di sarang-sarang yang permanen, sedangkan sebagian lainnya hidup secara nomaden, persis seperti masyarakat Badui. Sebagian spesies mencari makan dengan keras dan usaha sendiri, namun sebagian yang lain ada yang mencari makan dengan cara menyerang, merebut dan menguasai.
Dari Ensiklopedi Kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Qur’an dan Sunah menguraikan antara lain sebagai berikut ini. Semut merupakan serangga berkarakter sosial. Jika terasing dari kawan-kawannya, ia akan mati walaupun ia berada di tempat dan suasana yang nyaman dengan makanan yang melimpah. Semut mirip dengan manusia. Jika ia diasingkan di suatu tempat yang jauh dari cahaya, suara, waktu, massa, siang dan malam selama 20 hari, ia akan kehilangan keseimbangan.
Semut mengajarkan manusia mengenai cara kerja sama yang sangat baik. Jika ada seekor semut lapar bertemu dengan semut yang sudah kenyang, semut yang kenyang akan memberikan sari-sari makanan dari dalam tubuhnya kepada semut yang lapar. Di dalam sistem pencernaan semut terdapat organ permompa yang digunakan untuk memberikan makan semut lain.
Cermatilah dan renungkan sabda Rasulullah SAW. “Bukan seorang mukmin orang yang kenyang, sedangkan tetangganya kelaparan di sampingnya.” (HR. Ath-Thabrani dan Al-Hakim dari Abdullah bin Abbas ra. Hadis ini adalah hadis sahih).
Koloni semut memiliki ratu dengan tubuh yang lebih besar. Tugasnya bertelur dan memberi arahan-arahan. Semut ratu memiliki tempat yang aman di tengah-tengah sarang mereka. Ia selalu melakukan komunikasi dengan semua koloni sarng secara personal.
Semut-semut betina memiliki tugas dan pekerjaan yang beragam. Di antaranya ada yang merawat anak-anak semut, mirip pegawai di sektor pendidikan. Di dalam koloni semut juga mempunyai pasukan yang memiliki postur tubuh yang relatif lebih besar dan memiliki struktur kepala lebih keras, seperti sedang mengenakan topi baja, mirip tentara yang bertugas menjaga kerajaan dan melindungi keamanan serta mencegah dari ancaman musuh.
Di antara tugas para semut pekerja adalah membersihkan sarang dan lorong-lorong jalan. Para semut ini mirip dengan petugas dinas kebersihan, yang di Pekanbaru di kenal dengan pasukan kuning. Adapun para semut pekerja lainnya ada yang bertugas membuang bangkai semut yang mati dan menguburkannya di dalam tanah. Ini mirip pegawai dinas pemakaman. Di antara tugas lainnya ada yang mendatangkan makanan dari luar sarang. Ini mirip pegawai di sektor ekspor-impor.
Di antara tugas para semut pekerja adalah menanam jamur. Ini mirip pekerja di sektor pertanian. Di antaranya lagi ada yang menggembala serangga-serangga yang menghasilkan cairan yang menjadi makanan semut. Ini mirip pegawai di sektor peternakan.
Koloni semut juga membangun perkotaan-perkotaan, jalan-jalan, menggali terowongan, dan menyimpan makanan di gudang-gudang penyimpanan dan lumbung-lumbung. Sebagian koloni semut ada yang merawat kebun-kebun dan menanam tanaman.
Sekarang renungkanlah ayat-ayat berikut ini. “Dan tidak seekor binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat (juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatu pun yang kami luputkan di dalam kitab, kemudian kepada Tuhan mereka dikumpulkan.” (QS. Al-An’am [6]:38). Dan “Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, ‘wahai semut-semut masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.” (QS. An-Naml [27]: 18).
Di dalam ayat di atas, Allah SWT menegaskan adanya komunikasi di antara para semut dan sejenis pengetahuan bagi mereka. Semut memiliki otak kecil, sel-sel saraf, susunan saraf untuk mengolah berbagai informasi, dan memiliki peta yang digunakan sebagai petunjuk menuju tempat-tempat makanan dan menuju sarangnya.
Semut memiliki semacam tindakan rasional sehingga ia termasuk salah satu serangga yang sangat cerdas. Semut mampu melihat berdasarkan gelombang cahaya yang biasa dilihat oleh manusia. Bahasa semut bersifat kimiawi yang memiliki dua fungsi, yaitu sebagai sarana komunikasi dan sarana peringatan bahaya. Jika ada semut yang tergencet, ada semacam bau yang muncul dari tubuhnya untuk meminta bantuan kepada semut-semut yang lain atau memberikan peringatan agar mereka tidak mendekat. Seekor semut tidak mungkin bisa masuk ke dalam sarangnya keculai jika ia mampu memberikan kata sandi.
Dari suatu riwayat yang saya kutip dari buku Ajaib bin Aneh (oleh Tauhid Nur Azzhar & Eman Sulaiman), menggambarkan kecerdasan yang sangat dari makhluk yang bernama semut. Menurut sejumlah riwayat, pernah suatu hari Nabi Sulaiman bertanya kepada seekor semut, “Wahai semut! Berapa banyak engkau memperoleh rezeki dari Allah dalam waktu satu tahun?” “Sebesar biji gandum, “jawabnya. Kemudian, Nabi Sulaiman memberi semut sebiji gandum lalu memeliharanya dalam sebuah botol. Setelah genap satu tahun, Sulaiman membuka botol untuk melihat nasib di semut. Namun, didapatinya si semut hanya memakan sebagian biji gandum itu.
“Mengapa engkau hanya memakan sebagian dan tidak menghabiskannya?” tanya Nabi Sulaiman. “Dahulu aku bertawakal dan pasrah diri kepada Allah, jawab si semut. Dengan tawakal kepada-Nya aku yakin bahwa Dia tidak akan melupakanku. Ketika aku bergantung kepadamu, aku tidak yakin apakah engkau akan ingat kepadaku pada tahun berikutnya, sehingga boleh memperoleh sebiji gandum lagi atau engkau akan lupa kepadaku. Karena itu, aku harus tinggalkan sebagian lagi untuk bekal tahun berikutnya.”
0 komentar:
Posting Komentar