Mungkin itulah dua kata yang pantas untuk postingan kali ini. Yach, ada manusia yang memakan Tuhan-nya sendiri. Ada sesosok manusia yang dilahirkan di muka bumi ini, sampai memakan Tuhan-nya sendiri. Entah, bagaiman atau betapa bodoh atau jahiliyah manusia yang seperti ini.
Bodoh atau jahiliyah karena sesembahannya begitu lemah, hamba memakan Tuhan-nya. Lalu siapa sosok itu ? Jawabannya adalah :
Ya, jawabannya adalah Umar bin Khattab. Dalam riwayat dijelaskan kurang lebih seperti berikut :
Seorang sahabat melihat Umar bin Khathab sedang duduk seorang diri. Anehnya sesekali dia terlihat menangis, namun sejurus berikutnya ganti tersenyum. Peristiwa ganjil seperti ini telah dipergokinya beberapa kali. Terlintas dalam pikirannya, mungkinkan Amirul Mu’minin Umar sudah gila? Namun, dalam hati kecil si fulan langsung membantahnya: Tidak mungkin!!!
Didorong rasa penasaran, akhirnya sang sahabat dekat Amirul Mu’minin ini memberanikan diri, menghadap Umar lalu bertanya: “Wahai Amirul Mu’minin, tolong berikan alasanmu, kenapa terkadang engkau tersenyum sendiri, tapi berikutnya engkau ganti menangis?”
Umar tersenyum dan balik bertanya, “Apakah engkau mengamati tingkahku dalam waktu cukup lama?”
Si fulan membenarkan pertanyaan Umar. Umar pun lantas menceritakan apa yang sedang ia pikirkan, sehingga terkadang membuat dirinya tersenyum, namun kala lain justru menangis, “Ketahuilah wahai sahabatku, aku menangis karena dalam benakku teringat akan kekejaman yang kuperbuat pada masa lalu, akibat mengikuti tradisi jahiliah. Aku telah membunuh anak perempuanku, yang oleh tradisi jahiliah dianggap lambang kesialan. Ketika istriku melahirkan, aku sedang berdagang ke luar kota. Aku pulang anakku sudah menjadi putri kecil yang manja dan lucu. Suatu hari, ketika kuajak jalan-jalan, ia minta turun untuk pipis. Saat itulah aku mengetahuinya bahwa dia berkelamin wanita, dan kala itu pula aku menguburkannya,” Umar terdiam sejenak, sedih, dari wajahnya memancarkan penyesalan yang amat sangat dalam, bagai sebuah sumur tak berdasar.
“lantas, kenapa engkau tersenyum, wahai Umar?” Tanya sahabat berikutnya.
“aku tertawa karena teringat kedunguanku ketika belum menjadi muslim. Dengan tanganku, aku mambikin berhala dari gandum, yang lantas aku sembah dan aku puja-puja sebagai dewa. Aku tumpahkan sanjunganku sepenuh hatiku. Aku panjatkan permintaanku sambil menangis pilu. Tapi ketika aku capek berdoa, tatkala lapar mendera, aku mohon maaf lalu memakannya, memakan berhala yang telah kusembah dan kubuat sendiri. Itulah kebodohan yang kala itu tak terpikirkan. Itulah kepandiran yang sering aku tertawakan,” jelas Umar mengakhiri ceritanya, cerita yang memilukan dan pada saat yang sama memalukan.
Nah, seperti itulah cerita Umar bin Khattab yang memakan Tuhan-nya sendiri pada saat dia masih menyandang sebagai orang kafir, masih berkubang dalam pemikiran dan tradisi Jahiliyah.
0 komentar:
Posting Komentar