Sumur Zam-zam pernah lenyap dari kota Mekah, dan tanda-tandanya hilang dengan berlalunya hari dan bergantinya malam. Yaqut Al-Hamawi berkata, "Dengan bergantinya hari, sehingga banjir dan hujan membuat telaga Zam-zam lenyap, dan tidak ada tanda-tanda untuk mengetahuinya lagi.".
Sumur Zam-zam rupanya ditimbun dan dihilangkan tanda-tandanya oleh suku Jurhum disaat mereka akan meninggalkan Mekah. Namun, Abdul Muthalib menggali kembali sumur Zam-zam. Ia menggalinya saat ia memangku jabatan sebagai pemberi makan dan minum jamaah Haji. Suatu ketika ia didatangi seseorang di dalam tidurnya, lalu orang tersebut berkata, "Galilah Thayyibah (Sumber Kebaikan)". Abdul Muthalib bertanya, "Apa itu Thayyibah?". Keesokan harinya ia didatangi lagi dan orang itu berkata, "Galilah Barrah! (Sumber Manfaat).". Abdul Muthalib berkata, "Apa itu Barrah?", keesokan harinya ia didatangi lagi dan orang itu berkata, "Galilah Al-Madhnunnah (Sesuatu yang dikikirkan)?".
Abdul Mutholib berkata, "Apa itu Al-Madhnunah?". Lalu orang tersebut berkata, "Galilah Zam-zam!". Orang tersebut, "Yaitu sumur yang tak pernah kering airnya, dan tak pernah habis, engkau akan dapat memberi minum berapa pun jumlah jamaah haji. Terletak di antara kotoran dan darah (tempat penyembelihan hewan untuk sesajian Ka'bah). Tepatnya di mana seekor gagak yang bersayap putih mematuk (hewan sesajian). Telaga ini nantinya menjadi kebanggaanmu dan anak keturunannya.
Dan Memang burung gagak bersayap putih selalu mematuk hewan sesajian di tempat darah dan kotoran. Lalu keesokan harinya Abdul Muthalib membawa cangkul dan berlindung. Ia berangkat bersama anaknya Al-Harits. Di hari itu anaknya, mereka terus bertakbir dan berkata: "Ini Sumur Ismail".
Orang-orang Quraisy berkata, "Ikutkan kami menguasainya!". Abdul Muthalib berkata, "Aku tidak akan melakukannya, ini khusus untukku. Kalau kalian tidak puas, carilah orang untuk mengadili kita!".
Mereka berkata, "Wanita tukang tenung di bani Sa'ad. "Lalu mereka berangkat menuju wanita tersebut. Di tengah perjalanan mereka dilanda kehausan yang sangat dan mereka nyaris mati.
Maka Abdul Muthalib berkata, "Demi Allah! Sikap pasrah ini kelemahan, kenapa kita tidak berusaha mencari air? Semoga Allah memberi kita Air. Merekapun bersiap-siap berpencar mencari air, dan Abdul Muthalib mulai menunggang kendaraannya. Ketika Ontanya bergerak, terpancar dari bawah kuku ontanya air tawar, sekonyong-konyong Abdul Muthalib bertakbir, dan para sahabatnya ikut bertakbir lalu mereka semuanya meminum air tersebut."
Dan mereka berkata kepada Abdul Muthalib, "Orang yang menginformasikan tentang sumur Zam-zam telah memutuskan perkara kita, Demi Allah! Selama-lamanya kami tidak akan menghujatmu. Lalu mereka kembali dan merelakan Zam-zam dikuasai oleh Abdul Muthalib.
0 komentar:
Posting Komentar