Teknologi kuno apapun itu, kini mulai ditinggalkan bahkan dilupakan. Padahal, selama tak merusak lngkungan dan alami maka teknologi itu pastinya ramah lingkungan.
Termasuk cara pengawetan pangan dengan penciptaan alat yang dapat menurunkan suhu menjadi rendah secara alamiah, tanpa listrik dan tanpa freon.
Konsep kuno dan nyaris dilupakan ini, kini menjadi trand kembali. Beberapa konsep cara mendinginkan pangan dengan menurunkan suhu ruangan diantaranya adalah:
Alat Pendingin “Coolgardie safe”
Kulkas ini awalnya populer di Australia dengan nama Coolgardie safe. Kulkas alami tanpa listrik ini, berasal dari kota Coolgardie di Australia. Ada sumber yang menyebutkan bahwa teknologi ini sudah ada sejak lama dan lazim digunakan pada zaman ‘demam emas’ dan wild west, sebagai cara mendinginkan makanan dan minuman tanpa listrik pada masa lalu.
kulkas tanpa listrik dan freon iceless-fridgeCara membuat coolgardie safe sangat sederhana yaitu hanya membutuhkan kawat atau kayu atau bambu dan karung goni serta ember atau alat tampung air lainnya.
Caranya diawali dengan membuat rangka lemari dari kawat kemudian ditutupi karung goni yang menghubungkan ke ember berisi air sehingga dapat menyerap air. Jadi, ujung karung ini harus tercelup ke dalam air.
Maka karung goni ini lama-kelamaan akan basah dan akan menyerap udara panas yang dikeluarkan sayuran dengan konsep Evaporative Cooling atau mendinginkan dengan cara penguapan air, sehingga sayuran mampu bertahan hingga 1 minggu.
Langkah terakhir adalah menaruh coolgardie safe ditempat yang berangin. Angin akan membantu proses penguapan yang menyebabkan isi dari kulkas ini mengalami penurunan suhu dan menjadi dingin.
Alat Pendingin “Metode Pot in Pot”
Ada lagi teknologi kuno untuk mengawetkan pangan dengan menggunakan pasir juga. Disebut Pot in Pot atau “pot di dalam pot” yaitu dengan menggunakan pasir yang dimasukkan diantara kedua pot yang ditumpuk dan pernah dikembangkan di beberapa negara pada masa lalu.
Alat ini sangat sederhana bahkan anda sendiri bisa membuatnya di rumah. Bahan yang dibutuhkan antara lain Dua Buah pot, satu berukuran besar dan satu berukuran kecil, pasir, kain dan air.
Masukan pot yang berukuran kecil kedalam pot yang berukuran besar, isi bagian antara pot kecil dan pot besar dengan pasir kemudian basahi dengan air. Tutup pot kecil dengan kain basah.
Prinsip kerja dari Kulkas Pasir Pot in Pot adalah sama juga seperti pada masa lalu yang tak memiliki listrik, yaitu konsep Evaporative Cooling atau pendinginan melalui penguapan.
Cara kerja kulkas ini adalah dengan memanfaatkan proses penguapan untuk mengambil panas dalam pot kecil sehingga temperaturnya menjadi lebih rendah.Pembutan Kulkas Pasir sangat simpel, dengan mengisi pot besar atau guci dengan pasir setinggi 3 cm.
Kemudian masukan pot kecil ke dalam pot yang telah diberi pasir dan padatkan pasir di sela-sela pot besar dan kecil itu. Panas dari luar pot akan menyebabkan air dalam sela-sela pasir menguap dan mengalir ke luar melalui pori-pori pot besar dan bersirkulasi dengan udara kering disekelilingnya. Pot akan mengeluarkan panas dan menurunkan suhu mencapai 15 derajat Celcius di dalam pot kecil.
Metode atau konsep pendinginan ala Pot in Pot ini sebenarnya sudah ada sejak zaman kuno, namun pertama kali diperkenalkan kembali oleh Mohammad Bah Abba dari Nigeria pada tahun 1990-an. Bah Abba mengembangkan sistem pendingin ini yang terdiri dari pot gerabah kecil ditempatkan di dalam yang lebih besar, dan ruang antara dua diisi dengan pasir.
Lalu pasir diantara kedua pot disiram air hingga lembab. Kemudian gerabah yang berada dibagian paling dalam layaknya sebagai kulkas dan dapat diisi buah, sayuran atau minuman ringan.
Setelah itu pada bagian atas ditutupi dengan kain basah, kemudian barulah paling atasnya, ditutup dengan penutup gerabah.
Letakkan kulkas pot dari gerabah ini pada tempat yang teduh atau di dalam rumah. Untuk hasil terbaik pastikan kulkas berada ditempat yang berangin.
Tunggulah sehari. Pastikan juga bahwa pasir jangan sampai kering, agar pasir selalu lembab siram pasir dengan air secara berkala.
Metode Evaporative Cooling ini efektif untuk daerah kering. Di Nigeria utara, pot gerabah telah digunakan sejak zaman kuno sebagai memasak dan penyimpanan air di kapal, di dalam peti mati atau lemari bahkan di dalam bank. Alat ini telah dipakai secara luas di Afrika sebagai teknik pengawetan makanan yang murah dan sederhana.
Profil Bah Abba dimuat di laman situs rolexawards.com. Abba lahir pada tahun 1964 dalam sebuah keluarga pembuat pot. Sejak sejak kecil Bah Abba sudah akrab dengan berbagai pot tanah liat tradisional dan belajar tentang dasar-dasar tembikar
Bukti konsep ‘Evaporative Cooling’ digunakan sejak ribuan tahun lalu
Ada beberapa bukti bahwa konsep Evaporative Cooling digunakan pada zaman Kerajaan Lama Mesir, sekitar 2500 SM. Terdapat lukisan dinding yang menggambarkan budak mengipasi botol air, yang akan meningkatkan aliran udara di sekitar guci berpori dan membantu penguapan dan pendinginan.
Bahkan dari peradaban sekitar 3.000 SM, sitemukan banyak pot gerabah di Lembah Indus yang diduga digunakan untuk menyimpan dan mendinginkan air yang sama untuk sebuah sajian pada Hari Ghara atau Matki yang digunakan di India dan Pakistan.
Jika di Indonesia sudah terkenal olah anda pastinya, yaitu apa yang sering kita sebut sebagai ‘kendi‘ yang pada masa kuno berguna untuk menyimpan air minum agar menyadi lebih dingin.
evaporative-cooling
Sementara di Spanyol populer disebut botijos, yaitu wadah tanah liat berpori yang juga mirip kendi, yang digunakan untuk menjaga serta mendinginkan air dan telah digunakan selama berabad-abad.
Termasuk cara pengawetan pangan dengan penciptaan alat yang dapat menurunkan suhu menjadi rendah secara alamiah, tanpa listrik dan tanpa freon.
Konsep kuno dan nyaris dilupakan ini, kini menjadi trand kembali. Beberapa konsep cara mendinginkan pangan dengan menurunkan suhu ruangan diantaranya adalah:
Alat Pendingin “Coolgardie safe”
Kulkas ini awalnya populer di Australia dengan nama Coolgardie safe. Kulkas alami tanpa listrik ini, berasal dari kota Coolgardie di Australia. Ada sumber yang menyebutkan bahwa teknologi ini sudah ada sejak lama dan lazim digunakan pada zaman ‘demam emas’ dan wild west, sebagai cara mendinginkan makanan dan minuman tanpa listrik pada masa lalu.
kulkas tanpa listrik dan freon iceless-fridgeCara membuat coolgardie safe sangat sederhana yaitu hanya membutuhkan kawat atau kayu atau bambu dan karung goni serta ember atau alat tampung air lainnya.
Caranya diawali dengan membuat rangka lemari dari kawat kemudian ditutupi karung goni yang menghubungkan ke ember berisi air sehingga dapat menyerap air. Jadi, ujung karung ini harus tercelup ke dalam air.
Maka karung goni ini lama-kelamaan akan basah dan akan menyerap udara panas yang dikeluarkan sayuran dengan konsep Evaporative Cooling atau mendinginkan dengan cara penguapan air, sehingga sayuran mampu bertahan hingga 1 minggu.
Langkah terakhir adalah menaruh coolgardie safe ditempat yang berangin. Angin akan membantu proses penguapan yang menyebabkan isi dari kulkas ini mengalami penurunan suhu dan menjadi dingin.
Alat Pendingin “Metode Pot in Pot”
Ada lagi teknologi kuno untuk mengawetkan pangan dengan menggunakan pasir juga. Disebut Pot in Pot atau “pot di dalam pot” yaitu dengan menggunakan pasir yang dimasukkan diantara kedua pot yang ditumpuk dan pernah dikembangkan di beberapa negara pada masa lalu.
Alat ini sangat sederhana bahkan anda sendiri bisa membuatnya di rumah. Bahan yang dibutuhkan antara lain Dua Buah pot, satu berukuran besar dan satu berukuran kecil, pasir, kain dan air.
Masukan pot yang berukuran kecil kedalam pot yang berukuran besar, isi bagian antara pot kecil dan pot besar dengan pasir kemudian basahi dengan air. Tutup pot kecil dengan kain basah.
Prinsip kerja dari Kulkas Pasir Pot in Pot adalah sama juga seperti pada masa lalu yang tak memiliki listrik, yaitu konsep Evaporative Cooling atau pendinginan melalui penguapan.
Cara kerja kulkas ini adalah dengan memanfaatkan proses penguapan untuk mengambil panas dalam pot kecil sehingga temperaturnya menjadi lebih rendah.Pembutan Kulkas Pasir sangat simpel, dengan mengisi pot besar atau guci dengan pasir setinggi 3 cm.
Kemudian masukan pot kecil ke dalam pot yang telah diberi pasir dan padatkan pasir di sela-sela pot besar dan kecil itu. Panas dari luar pot akan menyebabkan air dalam sela-sela pasir menguap dan mengalir ke luar melalui pori-pori pot besar dan bersirkulasi dengan udara kering disekelilingnya. Pot akan mengeluarkan panas dan menurunkan suhu mencapai 15 derajat Celcius di dalam pot kecil.
Metode atau konsep pendinginan ala Pot in Pot ini sebenarnya sudah ada sejak zaman kuno, namun pertama kali diperkenalkan kembali oleh Mohammad Bah Abba dari Nigeria pada tahun 1990-an. Bah Abba mengembangkan sistem pendingin ini yang terdiri dari pot gerabah kecil ditempatkan di dalam yang lebih besar, dan ruang antara dua diisi dengan pasir.
Lalu pasir diantara kedua pot disiram air hingga lembab. Kemudian gerabah yang berada dibagian paling dalam layaknya sebagai kulkas dan dapat diisi buah, sayuran atau minuman ringan.
Setelah itu pada bagian atas ditutupi dengan kain basah, kemudian barulah paling atasnya, ditutup dengan penutup gerabah.
Letakkan kulkas pot dari gerabah ini pada tempat yang teduh atau di dalam rumah. Untuk hasil terbaik pastikan kulkas berada ditempat yang berangin.
Tunggulah sehari. Pastikan juga bahwa pasir jangan sampai kering, agar pasir selalu lembab siram pasir dengan air secara berkala.
Metode Evaporative Cooling ini efektif untuk daerah kering. Di Nigeria utara, pot gerabah telah digunakan sejak zaman kuno sebagai memasak dan penyimpanan air di kapal, di dalam peti mati atau lemari bahkan di dalam bank. Alat ini telah dipakai secara luas di Afrika sebagai teknik pengawetan makanan yang murah dan sederhana.
Profil Bah Abba dimuat di laman situs rolexawards.com. Abba lahir pada tahun 1964 dalam sebuah keluarga pembuat pot. Sejak sejak kecil Bah Abba sudah akrab dengan berbagai pot tanah liat tradisional dan belajar tentang dasar-dasar tembikar
Bukti konsep ‘Evaporative Cooling’ digunakan sejak ribuan tahun lalu
Ada beberapa bukti bahwa konsep Evaporative Cooling digunakan pada zaman Kerajaan Lama Mesir, sekitar 2500 SM. Terdapat lukisan dinding yang menggambarkan budak mengipasi botol air, yang akan meningkatkan aliran udara di sekitar guci berpori dan membantu penguapan dan pendinginan.
Bahkan dari peradaban sekitar 3.000 SM, sitemukan banyak pot gerabah di Lembah Indus yang diduga digunakan untuk menyimpan dan mendinginkan air yang sama untuk sebuah sajian pada Hari Ghara atau Matki yang digunakan di India dan Pakistan.
Jika di Indonesia sudah terkenal olah anda pastinya, yaitu apa yang sering kita sebut sebagai ‘kendi‘ yang pada masa kuno berguna untuk menyimpan air minum agar menyadi lebih dingin.
evaporative-cooling
Sementara di Spanyol populer disebut botijos, yaitu wadah tanah liat berpori yang juga mirip kendi, yang digunakan untuk menjaga serta mendinginkan air dan telah digunakan selama berabad-abad.
0 komentar:
Posting Komentar