Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. (Qs. Yusuf 12: 47)
Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. (Qs. Yusuf 12: 48)
Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur”. (Qs. Yusuf 12: 49)
Ada dua fakta ilmiah lainnya dalam ayat-ayat ini:
1. Ayat ini menceritakan jangka waktu penyimpanan biji gandum sampai 15 tahun. Masa ini diperoleh dari jangka waktu produksi yaitu 7 tahun yang dilakukan secara berturut-turut. Kemudian 7 tahun masa paceklik kekeringan. Dan 1 tahun paceklik berakhir masyarakat dapat kembali bercocok tanam sehingga bisa menikmati hasilnya.
2. Metode penyimpanan dengan meninggalkan benih di bulirnya juga telah diuji dalam penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa cara terbaik untuk menyimpan biji adalah cara yang dilakukan oleh Nabi Yusuf yang diajarkan oleh Allah. Secara historis terbukti bahwa cara ini tidak diketahui sebelumnya, terutama di Mesir kuno yang biasanya menyimpan biji gandum dengan terlepas bulirnya. Jelas, ini adalah mukjizat ilmiah yang menunjukkan kebesaran dan ketepatan Alquran, dan bahwa Al-Qur’an adalah wahyu dari Allah.
Hasil Penelitian
Prof Dr Abdul Majib Balabid dari Universitas Wajdah di Maroko, sebagaimana ditulis Sami bin Abdullah Al-Maghluts dalam bukunya Atlas Sejarah Nabi dan Rasul, melakukan eksperimen (percobaan) untuk memastikan pernyataan Nabi Yusuf AS tentang cara menyimpan gandum yang baik. Yakni, menyimpan sebagian gandum tetap dengan tangkainya dan sebagian lagi tanpa tangkai selama dua tahun.
Hasilnya, biji-biji gandum yang disimpan bersama tangkainya tidak mengalami perubahan sedikit pun, baik isi, unsur kandungan, maupun kemampuannya untuk tumbuh, kecuali hanya mengalami kehilangan sedikit kandungan air.
Sementara itu, gandum yang disimpan tanpa tangkainya mengalami kehilangan 20 persen kandungannya dari unsur-unsur protein selama setahun masa penyimpanan dan 32 persen selama dua tahun. Di samping itu, bulir gandum itu juga mengalami kehilangan kemampuan untuk tumbuh, berkembang, dan berbuah.
Apa yang diperintahkan Nabi Yusuf ini menyalahi kebiasaan orang Mesir yang terbiasa menyimpan gandum dengan melepaskannya dari tangkainya. Karena itu, ketika mereka melakukan perintah Nabi Yusuf dan mendapatkan hasil yang lebih baik, mereka pun kemudian mengikuti cara-cara ini.
Fakta ini menunjukkan sebuah negara agar bisa berhemat dengan cara hidup sederhana. Sebab, ada masa-masa tertentu yang sangat sulit dan pasti akan dihadapi.
Kesimpulan
Pada masa dahulu masyarakat primitif mengalami kesulitan menyimpan bahan makanannya. Padahal, gandum merupakan biji-bijian yang dapat disimpan melalui berbagai cara.
Diantaranya adalah cara yang disebutkan dalam Alqur’an seperti diterangkan diatas. Cara ini merupakan salatu satu bagian dari ilmu tafsir mimpi yang diajarkan Allah Swt kepada Nabi Yusuf as.
Bahkan, Rasulullah SAW pernah ‘bergidik’ saat mengungkapkan peristiwa musim paceklik yang terjadi pada zaman Nabi Yusuf. ”Ya Allah, hindarkanlah penduduk Makkah dari kesulitan seperti kesulitan tujuh tahun yang dialami Yusuf.” (Lihat Penjelasan Alquran tentang Krisis Sosial, Ekonomi, dan Politik karya Ali Zawawi dan Saifullah Ma’shum, 1999, hlmn 143). (alquin/BaitulMaqdis.com)
0 komentar:
Posting Komentar